Alsayyid jumianto
Waktu membuktiksn bahwa kubu Partai Demokrat dari hasil konggres KLB Deli serdang tidak diaku oleh Kememhuham dan Moeldoko harus gigit jari pameo 2 D Â (duit dan dekat istana) seakan tidak ada gunanya. Berbeda saat "operasi senyap" dibeberapa partai bisa mendudukan sang ketua umumnya jadi menteri saat ini.Â
Moeldoko sekali lagi belumlah "hebat" seperti Airlangga Hartanto  di Partai Golkar yang bisa mendepak trah Cendana dan sekaligus dapat jatah menteri di kabinet Presiden J dan Zulkifli Hasan yang bisa mendepak trah Amien rais sebagai dewan pembina dan  pimpinan PAN sekaligus menggilas unsur Trah Amien rais di tubuh PAN tak kecuali di PKB dan PPP yang nota bene sekarang "jadi orang-orang dekat istana"  hasil politik alus-alusan dan juga keras tanpa pandang sebagai kader berkeringat mereka berhasil dan eksis sekarang di lingkar istana.
Operasi gagal
Operasi "kudeta gagal" kubu Moeldoko ternyata sudah dapat dipredeksi oleh ahli hukum, ahli politik dan ahli strategi. Tanda-tandanya sudah terlihat jelas. Salah satu tanda "pihak istana tidak merestui"  dan Kemenhuham tidak mengakui AD/ART dan ijin partai Demokrat versi Moeldoko. Tanda-tanda ketiga yakni sedikit "merusak reputasi istana terutama presiden J"  dan tanda-tansa ke empat bisa jadi presiden J memecatnya karena "memanfaatkan" faktor  D kedua yakni Faktor kedekatan dengan istana!
Saran
Buat partai sendiri minimal namanya partai Demokrat Baru dengan bendera dan lambang baru. Mulai dari nol buatlah pengurus baru dari ranting, kecamatan, kabupaten dan propinsi. Bila kloning berdayakan orang-orang pendukung KLB Deli Serdang. Buanglah malu atas kegagalan ini dan sebaiknya undur diri dari KSP untuk jadi fokus ketua partai saja. Saran terakhir saya belajar dari ketua partai yang berhasil  "kudeta"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H