Rasialisme, sara, guyonan politik keblinger
Al_sayyid jumianto
Meradang itulah  yang dirasakan oleh Natlaius Pigae ketika fotonya di sandingkan dengan primata oleh politikus Ambrovicius Nababan dan di sebarkan lewat medsos dan saking parahnya dibumbui oleh komentar netizen semakin runyam dam serasa harga dirinya terkoyak, mantan anggota komisi HAM seakan tak habis dirundung "ejekan", humor yang menuju pada fisiknya katena jauh sebelum ini politikus senior Partai penguasa yang juga seorang bang Poltak alias RS (harusnya juga diusut) sudah menghina dirinya lewat alun medsosnya ini semua sebagai pembelajaran buat kita pihak mabes sudah mereken dan tangani kasus ini karena berisi penghinaan dan pelanggaran SARA.
Masih ingatkah ketika Papua meradang dan berimbas kerusuhan?karena  juga ucapan dan tindakan membuat mereka meradang dan rusuh kala itu.
Apakah kita senang olok-olok kita menjadikan saudara kita malu dan marah?
Guyon yang bagaimanakah yang harus kita bagikan?
Pelecehan fisik atau yang intelek?
Sejak orba jatuh semua orang mencari nafkah lewat politik dan semua seakan menemukan kebebasan induvidu, melancarkan jurus politik yang dikampanyekan lewat medsos, politikus murni dari bawah perjuangannya ada yang gunakan politik silahturahmi, politikus identitas dan politikus abangan muncul kalau ada event tetentu  dan ada juga politikus karbitan dan sekarang ada politikus saraisme yang berbahaya bagi kerukunan umat bangsa ini.
Belajar dari kasus bang Natalius sekarang harusnya sadar bahwa  perbedaan fisik adalah anugrahnya, juga berkah di nusantara ini dan kekuatan politik tidak berpusat lagi di jawa  sumatera sentris kareana banyak orang pintar dan mudahnya komunikasi itulah sekarang mengapa kekuatan politik sekarang menyebar.
Pengaruh politikus sara seakan bisa saja sudutkan negeri ini atas ketimpangan berbagai hal khususnya isyu SARA harus di telaah secara jeli khususnya oleh pihak terkait, mabes polri sudah menanganinya dan hukum harus ditegakkan siapapun penghina lewat medsos harus di usut motivasinya.
Penghina, guyonan sarkas politikus senior harusnya di usut maksud dan motivasinya karena bisa jadi preseden buruk bagi anak-anak muda kelak untuk di contoh nilai jeleknya inilah mengapa mabes polri serius usut kasus ini.
Saran
Politikus senior atau siapapun yang baru berkarier dipolitik harusnya bisa empan papan, ngono yo ngono neng ojo ngono, karena bisa jadi yang kamu hina hari ini lebih mulai darimu kelak. Ingat kuasa dan kekuasaan itu sementara tidak abadi bung!