Hampir setahun
Pandemi itu seakan menjadi nyata akhirnya membuat yang entah tidak terpikirkan menjadi nyata, semua tunduk pad aturan yang ada, Jogjaku tercinta masih bergelut dengan pandemi ini walau pada akhirnya kita tidak akan menyerah tetapi setiap kota semakin banyak  korban yang berjatuhan, sakit, terpapar bahkan meninggal dunia.
"instropeksi mas" kata istriku
"pasrah" jawabku singkat
"harus patuhi protokol kesehatan " wanti-wanti istriku bilang ketika aku  akan bekerja
"beres" jawabku singkat
Saling ingat dan mengingatkan, bersusah payah pemerintah ingatkan, bergabagi upaya untuk menghilangkan wabah ini tetapi Tuhan berkehanedak lain inilah hidup manusia-manusia di akhir zaman kata seorang pemuka agama di ceramahnya, setiap orang mencari selamat sendiri dan kadang tidak peduli, lewat pandemi ini Allah swt mengirimnya untuk  kita manusai peduli pada alam dan peduli pada lingkungan hidup juga peduli pada sesam manusia.
"Waktu serasa pendek, ini di ujung tahun, kamu lupa sobat" kata tanggalan di dinding meja tamuku
"ya, kami terlarut atas pandemi ini sehingga seakan tanggalan merah semua, semua libur" hiburku lagi
"kamu lupa bersyukur kawan" kata tanggalan padaku
"benar adanya" jawabku singat