Saya kir seperti revolusi mental itu, jadi ganti  sang cakra ya ganti yang baru aku baru tahu ini soal "ban serep" itulah yang membuat aku sedikit plong waktu kakak bicara tentang revolusi ini.
Revolusi mental yang kemana?
Pandemi corona ini  entah mengapa aku harus menulis jujur betapa revolusi mental itu tidak berarti apa-apa karena revolusi ini tidak berimbas pada hal  yang ada di lubuk hati yang dalam semua malah "mental" lihatlah beta era pandemi ini masih ada yang manfaatkan untuk keuntungan pribadi, juga masih ada yang ngeyel atas  aturan  dan anjuran protokol kesehatan itulah revolusi mental yang gagal benar adanya.
"tidak semua bisa seperti yang di harapkan " tanya kakak padaku
"kenapa?" tanyaku
"buku harian bapak sudah buktikan betapa orang harus bersungguh-sungguh untuk buktikan kebenaran itu " kata kakak padaku
"sesuai yang kita mau kan kak?" tanyaku lagi'
Ini keadaan yang sekarang  dan inilah yang buat aku harus  percaya pada akal sehat karena isi buku harian bapak kadang membawa emosi dan sedih yang tidak bsa kami pahai tentang rasa dan hati yang bergejolak saat itu.
-------
Tumbal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H