Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Daun-daun Jati Berguguran Jadi Saksi -6 Saksi Hidup

29 Juni 2019   14:00 Diperbarui: 29 Juni 2019   14:17 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Daun-daun jati berguguran jadi saksi -6, Saksi hidup


Cerita sebelumnya 

https://www.kompasiana.com/alsayidjumianto/5d159724097f360d3231a843/daun-daun-jati-berguguran-jadi-saksi-4-aku-tidak-mau-tahu

Kadang kita harus bisa berkhayal jadi seorang pejabat negara atau wakil rakyat yang kadang buatku cemburu seperti cemburunya kamu Tin.
Walau aku sadari mereka ada karena sebagai wakil pemerintah atau pembantu yang kita minta untuk mengurus negeri ini walau kadang tidak sopan dalam melayani sang majikan(rakyat) itulah yang aku sebut "nranyak" selalu menilai orang pada luarnya (sampul ) adalah biasa dalam hidup ini tetapi syukur masih banyak pejabat dan wakil rakyat yang baik hati dan kinerjanya!
"Kok ngelantur mas?" tanya adikku
ini buatku bangun dari mimpinku  dimobil sewaan online berdua ini aku terkesiap mimpi jadi pejabat.
"capai resepsi tadi" sekenaku menjawabnya sementara sopir dan adikku terbahak-bahak.
"terlalu banyak nonton tv berita ya mas?"tanya sang sopir padaku.
"ya tuh bang sopir "tambah adikku aku mengangguk kecil mereka senang bercanda kok tenang-tenang.
"bayangin aku menteri dan  dilaci ada 30.000 dolar pemberian gratis kalau aku jadi menterinya sudah aku buat beli sate tuh!"celetukku membuat mereka sadar.
"sate gajah atau kelinci mas?"adikku nyeletuk santai.
"sate cacing ya mas?"tambah sopir onlinku itu.
"gilanya dia" kami tertawa lepas melepaa dinginya kota Salatiga ini.
"sayang cuma berandai-andai aku jika aku menjadi pejabat atau wakil rakyat lho".
Kami tertawa lepas tanpa beban kondangan dirumah kakakku seakan sedikit bisa lupakan tugas-tugas kami di Jogja untuk saat ini.

***

sudah tiba waktunya

salam hangat
dimusim kemarau ini
banyak yang berhajat
nikahkan putra putrinya

surat undangan
berjibun
tanda saksi

musim pengantin dibulan syawal ini

#2962019sebuahprosa

"mas mba jen ,ayu lho, cantik lho" bujuk adikku pagi sedingin ini.
"nggo kowe wae, untikmu.saja dik kalau naksir dia" kataku enteng, benar Jen cantik tetapi lahiriah saja karena bedaknya beda denganmu Tin aku tahu lahir batinmu walau pencemburu aku tetap cinta padamu memang diantara kami baru colling down dan kami berusaha sendir-sendiri oewati ujian cinta kami karena aku bukan mau lupakanmu tetapi kamu yang minta ini semua buat kita.
"ya cantik dik"jawabku lirih sementara jahe dimeja baru kuminum setengahnya coba untuk halau dingin pagi ini.
"putranya pak aman lho mas dia" sambung adikku.
"lalu apa?" tanyaku
"ajak kenalan aku kakak PPL kampung ini"sombong adikku
"wa ha ha ya dik..." jawabku

Serasa lucu setiap hari dekat adikku apalagi bila omongin cewek cantik sama bodongnya!

#godean2962019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun