Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pathok Bandara 40, Sebuah Novel

12 April 2016   22:42 Diperbarui: 12 April 2016   22:58 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="alsayidja.paint"][/caption]

Cerita yang kemarin :  http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/pathok-bandara-39-sebuah-novel_56fa3d8484afbdda0d489fa3

Romo mantan lurah,  lik Legiman dan simbok seakan melupakan bahwa tanah yang hilang seakan tidak bisa kembali lagi dianggap lumraholeh pemborong tanah, sukong entah calo aku tidak hiraukan

"nanti berhadapan dengan hukum nduk"

"kasusnya pa?"

"menghalangi pembangunan"

"ini kebebasan berpendapat" aku semakin agak ngeyel dengan romo mantan lurah ini

"pasrah saja nduk, konseksweni berat"

"nggih romo" jawabku singkat

"kamu seprti bapakmu dulu nduk kata  romo mantan

"alhamdulilah  tetapi dalam kepasrahan ingin aku seprti patung  proliman kota Batas ini romo"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun