[caption caption="alsayidjapaint"][/caption]Cerita yang kemarin:http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/pathok-bandara-sebuah-novel-29_56d802aeb79373fb30999c
SORE Â DI UJUNG MARET 2016
Sore yang indah di penghujung awal Maret ini hatiku agak bahagia juga, semua tentang persahabatan yang tidak mengenal kata tua muda dan anak-anak, biarlah angin sore ini menghembuskan sebaik hirupan  hidung yang mulai merasakan bahwa dinginya sore ini biasanya konsekwensinya adalah hujan yang akan deras sore dan malamnya
"benar nduk kamu harus tahu bila kit ikut" politik" sekcil apapun kita harus tahu apa bentuknya, kita dimusuhi dan kita juga banyak mempunyai sahabat terserah kita dalam  mencari dan menghindari teman  yang buruk buat kita" nasehat simbok setelah kami melaksanakan sholat maghrib bersama.
"Mbok,apakah kita harus menyerah dengan hati yang banyak bertanya dan tidak rela? tanyaku pada simbok
"itu namanya  tidak ikhlas, dalam pasarah ada keikhlasan yang dalam apapun yang akan terjadi di muka kelak, dalam pasrah kita tidak berarti kalah nduk "kata simbaok lagi mengingatkankuÂ
"tetapi mereka senang bila kita menyerah dan kalah  apapun mereka gembira mbok , ini yang aku anggap kita nanti kalah sebelum bertanding kelak" kataku mencoba menjelaskan simbok'
"tetapi keadaan sudah berubah, pendapa kita menajdi skasi betapa emreka menghalakan segala cara meraih lahan calon bandara itu, benar to? "tanya simbok padaku jugaÂ
"benar tetapi apakah mereka bila dipihak kita ? apakah harus mengorabankan orang banyak? demi mega proyek ini? simbok diam aku diam, sore tadi seperti terlintas, senyum lik Legiman senym bu lik TUm dan senyum simbok adakah senyum ini akan ebrlanjut esok dan esok yang akan datang?
Bukan
Aku tidak akan membuat ramai masalah