[caption caption="alsayid.paint"][/caption]cerita kemarin : Pathok Bandara, Sebuah Novel 27
Akankah hijau  nyiur kelapa akan tergantikan oleh burun-burung besi dan ular-ular besi yang saling bertautan sementara rumput akan tergantikan oleh aspal panas, dan deretan hamparan padi sawah kami  berganti deretan ruko dan hotel yang tidak bernurani lagi, kosong tanpa hati.
Sedemikian fatalkah perubahan ini kelak, dalambayanganku kemajuan adalah hal nyata di kota Batas ini dan bisa dimengerti inilah akibata ketertinggalan dari lima kabupaten lainya , kota Batas di genjot hanpir 1 trilyun investasi ini, menurut kabar yang dapat dipercaya begitulah, maka berlomba-lombalah mereka mendapatkan"simpati" warga dan berebut pengaruh dalam trik dan intrik yang akan melanda desa kami.
Anak berlari di pematang sawah akan tergantikan dia akan berlari diantara relung gedung yang angkuh dan bukan milik warga kami lagi dia akan berlari dijalanan aspal yang akan melelehkan kaki-kaki mungil mereka dan inilah  yang akan mereka dapatkan panas dan hilangnya hijau rindang dan sejuk desa kami kelak, benar adanya.
"benar kamu melawan investor itu Nur"tanya kumal ribut di smsnya
"bukan warga" jawabku singkat
"mengapa? tanya dia lagi lewat smsnya lagi
"aku mau  tahu ,investor  hanya membeli tanah dan sawah mereka, mereka tidak  bisa membeli hati nurani kami" jawbku agak keras
"ha ya hati-hati,mereka akan melakukan segala cara termasuk menakutimu melempar bom molotov di pendapa kamu itu" ternag ribut kumal padaku
aku diam, dia miscall ingin bicara, aku diam tidak mengangkatnya dan dia misscal lagi
"ya ada apa?" tanya aku padanya