Mohon tunggu...
Andy Laksmana Sastrahadijaya
Andy Laksmana Sastrahadijaya Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pengamat masalah kemanusiaan dan spiritualitas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Potensi Kehancuran itu Ditimbulkan oleh Ketidaktahuan alias Kebodohan Sebagian Otoritas dan Kebanyakan Umatnya

22 November 2015   14:44 Diperbarui: 22 November 2015   14:44 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Artikel singkat ini merupakan tanggapan langsung terhadap artikel berjudul "Hanncurnya Islam di Indonesia karena Umat yang memilih-milih" (Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dzargonphoto/hanncurnya-islam-di-indonesia-karena-umat-yang-memilih-milih_56515645d693731d0f565e05).

Sebagian otoritas dan dengan demikian kebanyakan umat Islam meYAKINi bahwa semua yang tertulis di AQ itu secara harafiah merupakan perintah langsung oleh Allah S.W.T. kepada manusia yang mesti dilaksanakan oleh seluruh Muslim atau Muslimah pada khususnya dan seluruh umat manusia pada umumnya. Contoh kongkritnya ialah kutipan dari artikel di atas sebagai berikut: "Poligami dianggap tidak layak seolah-olah menpertanyakan kekuasan dan pengetahuan dari sang Penciptka Hukum yakni Allah SWT, padahal tidaklah Alllah menurunkan suatu tanda tanpa ada maksud bagi manusia. Tidak satupun ayat yang ada pada Al-Qur'an yangterdapat keraguan didalamnya. Kalimat bahkan di Ulangi berkali-kali namun manusia seperti meragukan Penciptanya."

Singkatnya, perkara poligami, pemimpin umat Muslim, Muslimah berjilbab, membunuhi orang kafir, dsb., dst., itu merupakan perintah langsung dari Allah S.W.T. kepada umat Islam, dan dengan demikian umat manusia, dan dengan demikian WAJIB dilaksanakan tanpa dipikir dan dirasakan dan diselidiki kebenarannya lagi.

Marilah kita melihat kenyataan sifat manusia pada umumnya dan Muslim/Muslimah pada khususnya, sekalipun meYAKINi bahwa perintah atau larangan itu berasal dari sesuatu yang dianggap sebagai sang Maha Pencipta, ia tetap saja memilih-milih sesuatu yang sesuai dengan kecenderungan keterkondisiannya; misalnya, jika ia terkondisi sebagai 'buaya laki-laki' dan 'maling' serta 'pembohong', ia otomatis akan menaati perintah yang dianggapnya ENAK dan sekaligus diridhoiNya (dapat melampiaskan nafsu sekaligus mendapatkan PAHALA, weleh...weleh), misalnya berPOLIGAMI ria; dan meskipun tidak terdapat ayat perintah atau larangannya secara spesifik, tetap saja ia melakukan 'permalingan' (ncopet, ngrampok, nggangsir, KORUPSI, dst.,) dan berbohong ria jika terbuka kesempatan. Lalu, jika ditanya mengapa tidak membunuh KAFIR sesuai dengan perintahnya yang jelas, mereka akan berbohong dan berkelit, "wah penafsiran yang benar terhadap JIHAD itu tidak begitu, dsb., dst.)"; padahal sesungguhnya ia secara sukarela atau TERPAKSA tidak menaati perintah ilahi itu secara harafiah karena memang sejatinya TIDAK punya nyali alias PENAKUT, begitu gamblang!

Sekian dulu. Terima kasih.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun