Sinar mentari pagi menyapa lembut di atas Bukit Harapan. Angin segar menerpa wajah Arman yang berdiri di tepi bukit, memandang hamparan sawah hijau yang berselimut embun. Di tangannya, secangkir teh hangat mengepul. Pagi ini, seperti pagi-pagi sebelumnya, Arman mencoba menemukan makna baru dalam hidupnya.
Hidup Arman tidak selalu secerah pagi ini. Dulu, ia sering merasa kalah oleh kenyataan. Beban pekerjaan yang monoton, mimpi yang terasa jauh, dan rutinitas yang membuatnya kehilangan semangat hidup. Tetapi suatu hari, semuanya berubah.
Hari itu, seorang anak kecil menghampirinya di warung kopi desa. Anak itu, bernama Dafa, membawa sebuah layang-layang yang robek. "Om, bisa tolong perbaiki?" pintanya dengan mata penuh harap.
Arman tertegun. "Mengapa tidak minta ayahmu memperbaiki?" tanyanya.
Dafa tersenyum kecil. "Ayahku bilang, kalau sesuatu rusak, kita harus belajar memperbaiki sendiri. Tapi aku belum tahu caranya. Jadi, aku minta Om mengajarkan aku."
Kata-kata sederhana itu menghantam Arman seperti badai. Dalam hidupnya, ia sering merasa rusak dan tak tahu bagaimana memperbaiki. Ia memilih menyerah, alih-alih belajar memperbaiki. Tetapi anak kecil itu, dengan layang-layang robeknya, memberinya pelajaran besar.
Dengan sabar, Arman membantu Dafa memperbaiki layang-layang. Ia mengajari cara mengikat tali yang kuat, menambal kertas robek, dan memastikan layang-layang bisa terbang lagi. Ketika layang-layang itu akhirnya melayang di udara, tawa Dafa menggema di langit. "Lihat, Om! Aku bisa!"
Sejak hari itu, Arman bertekad untuk memperbaiki "layang-layang" hidupnya. Ia mulai bangun lebih pagi, merencanakan harinya dengan lebih baik, dan berusaha melakukan hal-hal kecil yang membangun semangat. Ia menyadari, hidup adalah tentang mencoba, belajar, dan terus memperbaiki apa yang rusak, bukan sekadar meratapi kerusakan.
Kini, di Bukit Harapan, Arman tersenyum. Ia tahu hidupnya mungkin tidak sempurna, tetapi ia sedang belajar terbang lagi, seperti layang-layang Dafa. "Hari ini, aku akan melakukan yang terbaik," bisiknya pada diri sendiri, sebelum melangkah turun dari bukit, membawa semangat baru untuk menghadapi hari.
Pesan:
Setiap pagi adalah kesempatan baru untuk memperbaiki apa yang telah rusak, membangun semangat, dan melangkah maju. Seperti mentari yang selalu terbit, hidup kita juga selalu punya harapan untuk menjadi lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H