Dua puluh lima abad yang lalu dunia mulai mengenal uang logam menggantikan era barter, 5 abad kemudian uang kertas mulai muncul bersanding dengan uang logam. Uang logam dan kertas telah menjadi bagian tak terpisahkan dari peradaban manusia. Hari ini, uang logam dan kertas sedang menghadapi ancaman kepunahannya, bersiaplah karena kita telah memasuki era uang digital atau Cashless. Transaksi Cashless atau transaksi non tunai belakangan ini semakin populer dalam aktivitas masyarakat. Hampir semua orang pasti pernah melakukan transaksi e-money. Jangankan kalangan pebisnis dan generasi milenial, bahkan masyarakat awam kelas bawah pun kemungkinan besar sudah pernah melakukan transaksi e-money, misal dalam pelayanan kartu jaminan sosial.
Perkembangan transaksi uang elektronik di era kini tercatat begitu pesat. Bank Indonesia (BI) mencatat transaksi uang elektronik pada kuartal III-2018 tumbuh sebesar 300,4% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Â Dari sisi nilai, sampai Agustus 2018, tercatat nominal transaksi uang elektronik mencapai Rp 3,8 triliun atau naik 393% yoy dari periode yang sama tahun lalu Rp 790 miliar. Kenaikan ini salah satunya disumbang oleh elektronifikasi jalan tol yang mulai berlangung pada 30 Oktober 2017 lalu.
Hal ini bisa dimaklumi mengingat era smartphone juga berkembang begitu pesatnya dan mengubah banyak budaya manusia. Perkembangan teknologi dalam bentuk gadget semakin menawarkan begitu banyak kemudahan bagi manusia, yang disisi lain juga membuka keran kreativitas dan lapangan pekerjaan baru yang 10 tahun lalu sulit terpikirkan oleh orang-orang. Siapa yang 10 tahun lalu terpikir untuk bercita-cita membuka startup seperti Gojek, traveloka, atau Tokopedia?
Perkembangan pesat e-money tidak bisa dilepaskan dari pesatnya pula perkembangan teknologi dalam bentuk smartphone. Sungguh era smartphone telah mengubah banyak budaya manusia, selain budaya bersosialisasi, juga budaya bertransaksi. Â Budaya belanja ke pasar kini semakin lama semakin menghilang dengan adanya belanja online, budaya antre tiket dan antre pembayaran di loket juga semakin kuno. Perubahan itu melahirkan adanya system "dompet online".
Hampir seluruh perbankan besar di Indonesia saat ini memiliki layanan e-money, seperti Mandiri e-money, BRI Brizzi, BNI Tapcash, BCA Flazz, dan ada T-cashyang merupakan produk dari perusahaan telekomunikasi, Telkomsel. Bahkan, langkah mereka juga dibuntuti oleh pelaku bisnis startup tepatnya di bidang financial technology (fintech)Â yang memiliki skala lebih kecil namun pergerakannya amat lincah. Seperti contoh Tokocash milik Tokopedia, ada Bukadompet milik Bukalapak dan Gopay kepunyaan Gojek.
Sebenarnya era e-money bukanlah hal yang datang secara tiba-tiba. Bank Indonesia sejak tahun 2009 sudah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI)  Nomor: 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money) yang kini sudah diperbarui menjadi PBI Nomor: 18/ 17/PBI/2016. Bahkan tahun 2014 Pemerintah telah mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang bertujuan agar Indonesia menuju era maju tanpa uang cash dalam transaksi ekonominya. Karena dengan e-money diyakini transaksi akan lebih cepat, efisien, dan aman.
Fenomena ini membuat kita bisa sedikit membayangkan bagaimana dunia 10 tahun kedepan. Dunia tanpa adanya lagi berlembar-lembar uang di dalam dompet atau saku. Hampir semua lini aktivitas ekonomi sudah terjamah e-money, mulai dari belanja, transportasi, akomodasi, makanan, tiket bioskop, tiket jalan tol, berbagai macam tagihan rumah tangga seperti listrik, air, telefon, dan sebagainya. Supermarket, Minimarket, sampai warteg sudah jamak menyediakan fasilitas pembayaran e-money. Â
Tidak cukup dengan sektor-sektor di atas, bahkan sudah jamak di berbagai kota adanya sedekah e-money. Ya, sedekah tak lagi dimonopoli oleh kotak amal, tetapi sudah banyak muncul di masjid-masjid poster atau leaflet berisi ajakan sedekah dari yayasan masjid atau yayasan tertentu dengan mencantumkan barcode. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sendiri sudah pernah membuka program sedekah online berkerjasama dengan Gopay dan kitabisa.com. Â Jadi, para generasi X, generasi milenial, sampai generasi Z bersiaplah memasuki dunia tanpa uang tunai sama sekali. Â
Sepuluh tahun lagi mungkin kita terbiasa jajan gorengan di kaki lima pakai kartu non tunai, bahkan bersiaplah jika kita sedang makan di warung kemudian datang pengamen berbaju kumal, bercelana sobek, memetik gitar dengan alunan lagu yang tidak jelas dan untuk memberi mereka uang kita cukup men-scan barcode milik si pengamen itu. Sehingga, nanti kalau mau menolak  pengamen nggak ada lagi alasan "nggak ada receh".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H