Selanjutnya, kita harus menempatkan posisi mahasiswa sebagai pengemban visi dan misi akademik. Ya, status mahasiswa didapat apabila ia terdaftar di suatu instansi perguruan tinggi. Artinya, ketika ia telah menjadi bagian dari perguruan tinggi, maka ia juga memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan kepada perguruan tinggi dan hak yang bisa ia dapatkan dari perguruan tinggi.Â
Namun rasanya, lingkup mahasiswa dan perguruan tinggi teramat sempit. Perguruan tinggi hanyalah sarana atau alat untuk mencapai tujuan, apa ajaran itu? Yaitu keilmuan. Ya, artinya ikatan mahasiswa dan perguruan tinggi sama artinya dengan ikatan mahasiswa dengan keilmuan.
Inilah hal yang sering dipinggirkan dalam doktrinisasi kepada mahasiswa baru. Sangat jarang sekali doktrin kepada mahasiswa baru agar ia bersungguh-sungguh dalam mempelajari dan mengembangkan bidang keilmuan dan keahliannya.
Mahasiswa jangan hanya belajar dikelas, ilmu di kelas hanya sedikit sekali.
Ya, kalimat yang populer ini ada benarnya, namun bisa menjadi bumerang jika sempit dalam penafsirannya. Ilmu di kelas memang sedikit, ilmu diluar kelas, di masyarakat lebih banyak. Namun jangan sampai antara ilmu di cari di kelas, di buku, di perpustakaan berbeda dengan ilmu yang kita cari diluar. Ilmu dikelas seolah dianggap hanya rangkaian kata-kata yang menjenuhkan, sehingga rasa frustasi itu ingin dilampiaskan dengan mencari hal lain diluar yang tidak ada hubungannya.
Mencari soft skill diluar hard skill memanglah penting, namun yang terjadi sekarang, jarangnya hard skill dicari diluar kelas, ketika sudah diluar kelas seolah tanggung jawab dengan ilmu yang ia pelajari telah terputus. Seharusnya diluar kelaspun mahasiswa tetap mempelajari, mempraktekan, serta mengembangkan keilmuannya.Â
Kelas hanyalah sebagai peta buta dalam kita mempelajari ilmu, untuk menyempurnakan peta buta itu hanya bisa didapat  diluar kelas. Sekali lagi, ilmu diluar kelas yang tidak ada hubungannya dengan ilmu di kelas asalkan positif maka sah-sah saja, namun alangkah baiknya jika tetap diimbangi dengan pengembangan ilmu dari dalam kelas.
Untuk apa perguruan tinggi didirikan? Sebagai sarana dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Dan untuk apa ilmu pengetahuan dikembangkan? Tentu tujuannya kembali untuk kemakmuran individu itu sendiri khususnya dan kemakmuran umat manusia pada umumnya. Perguruan tinggi didirikan dengan banyak penjurusan bidang ilmu pengetahuan dan ketrampilan, hal ini sebagai maksud agar segala bidang di dunia ini dapat menjadi alat untuk mancapai kemakmuran dunia.
Jika bidang ilmu pengetahuan adalah alat untuk memakmurkan umat manusia, lalu  siapa  operator yang menjalankan alat tersebut? Tentu yang paling utama adalah mahasiswa! ya, karena mahasiswa adalah ujung tombak dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dosennya hanyalah ibarat tour guide yang memberikan petunjuk jalan, sedangkan mahasiswa sendiri yang harus menelusuri dan membedah jalan tersebut. Jika keilmuan dosen sekian kemudian oleh mahasiswa tidak dikembangkan maka kan terjadi putusnya rantai pengembangan ilmu pengetahuan. Karena itu sudah seharusnya keilmuan mahasiswa nantinya harus lebih dari seorang dosen.
Ibarat  sebuah perusahaan yang dimiliki oleh seorang ayah, Kemudian perusahaan tersebut diserahkan ke anaknya yang  memiliki kemampuan kurang dari ayahnya maka bisa dipastikan perusahaan itu akan hancur. Bagaimana jika perusahaan itu adalah bidang ilmu pengetahuan? Jika alat untuk mencapai tujuan berupa kemakmuran umat manusia saja rusak, bagaimana tujuan itu  bisa tercapai? Oleh sebab itu tanggungjawab mahasiswa dalam akademiknya juga sama besarnya dengan tanggungjawabnya sebagai makhluk sosial sepeti pada posisi pertama yang telah dibahas.
Dengan sikap mahasiswa yang bertanggungjawab, bersungguh-sungguh dalam mempelajari, mengamalkan, dan mengembangkan bidang keilmuan yang ditempuhnya serta tak lupa disamping itu ia juga hidup bermasyarakat.  Maka ia telah memerankan peran mahasiswanya  secara utuh dan label Agent  Of Changepantas disandangkan kepada mahasiswa, bukan hanya merasa bangga dengan perannya di satu posisi saja, terlebih saling merendahakan mahasiswa yang memerankan posisi berbeda dengannya.