Mohon tunggu...
Alrachmah Wahyuningsih P
Alrachmah Wahyuningsih P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

There's a future in my life I can't foresee - 1D

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Berkenalan dengan Hiu Berkepala Mirip Sekop

6 Mei 2022   11:35 Diperbarui: 12 Mei 2022   11:16 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: Valerie Everett via Wikimedia)

Hiu Bonnethead (Sphyrna tiburo) merupakan salah satu jenis ikan hiu yang memiliki keunikan tersendiri diantara sembilan spesies hiu martil. Ikan hiu yang sering dijuluki dengan hiu bonnet ini memiliki ciri fisik yang membuatnya mudah untuk dikenali, yakni dari segi bentuk kepalanya yang berbentuk seperti sekop dengan ujung halus. Bentuk kepala tersebut memberikan kemudahan untuk menemukan mangsanya sebab dalam sebuah studi tahun 2009 menyatakan bahwa ikan hiu bonnet memiliki visi 360 derajat juga persepsi kedalaman yang sangat baik. Hiu Bonnethead tergolong kelompok vivipar. Mereka akan melahirkan muda di perairan dangkal setelah 4 -- 5 bulan periode kehamilan.

Hiu Bonnethead termasuk ikan hiu terkecil dalam spesiesnya, dengan panjang tubuh maksimal sekitar 5 kaki dengan warna punggung keabu -- abuan. Pada bagian punggungnya juga terdapat corak bintik hitam atau putih. Habitat hiu ini adalah di perairan dangkal yang hangat seperti yang sering ditemukan di perairan subtropis di Samudra Atlantik Barat dari Carolina Selatan ke Brasil, di Karibia dan Teluk Meksiko dan di Samudera Pasifik Timur dari California selatan ke Ekuador.  Hiu bonnet perlu berenang terus menerus untuk memperoleh oksigen, sehingga kelompok hiu ini sering bermigrasi ke air hangat pada musim dingin karena lebih menyukai air dengan suhu diatas 70 F. Seperti contoh pada musim panas mereka ditemukan di Carolina dan Georgia, sedangkan pada musim semi, musim gugur dan musim dingin mereka bermigrasi ke selatan Florida dan Teluk Meksiko.

Hiu yang biasa dikenal sebagai hewan laut paling berbahaya dan agresif serta pemakan daging ternyata tak selamanya benar. Keunikan lain yang dimiliki oleh salah satu jenis ikan hiu martil ini adalah dari jenis makanannya. Hiu yang memiliki bentuk kepala mirip sekop ini merupakan satu -- satunya jenis ikan hiu omnivora yang ada di dunia. Ia dapat secara fleksibel menukar pola makannya dari karnivora ke herbivora sesuai kebutuhan. Selain memakan krustasea (kepiting biru), ikan dan cumi -- cumi, hiu bonnet juga suka memakan rumput laut. Mereka bahkan bisa bertahan hidup tanpa makan daging dan hanya makan rumput laut saja. Hiu ini biasa makan pada siang hari. 

Untuk mencari mangsanya mereka akan berenang dengan perlahan dan menyerang dengan cepat untuk menghancurkan mangsanya dengan gigi tajam mereka. Dan juga menggunakan fungsi dua fase rahangnya untuk mencerna mangsa yang keras seperti kepiting. Setelah dihancurkan, mangsanya hancur menjadi bagian yang lebih kecil akan disedot ke dalam kerongkongan hiu. Meski memiliki gigi yang tajam, hiu Bonnethead digolongkan termasuk ikan hiu yang tidak berbahaya bagi manusia. Hiu bonnet lebih tenang dan hanya memangsa ikan -- ikan kecil. Meski begitu dengan gigi tajamnya, mereka bisa melukai manusia jika merasa terganggu. Karena tinggal di daerah perairan yang dangkal mengakibatkan hiu ini menjadi sasaran perburuan untuk diambil daging dan siripnya.

Dilansir dari IUCN Red List, spesies ini memiliki tingkat pertumbuhan populasi tertinggi untuk kalangan hiu, sehingga jauh lebih tidak sensitif terhadap kematian penangkapan ikan daripada kebanyakan spesies hiu lainnya. Meskipun produktivitasnya tinggi, penurunan populasi terjadi secara drastis telah dilaporkan dari seluruh jangkauan. Atlantik Tengah Barat Laut dan Barat (AS, Bahama, dan Meksiko) stabil karena pengelolaan dan di wilayah itu dinilai sebagai hampir terancam. Awalnya hiu ini biasa ditemui pada 1980-an di Karibia Kolombia, tetapi sekarang sudah sangat jarang. Bagian Laut Karibia dan Atlantik Barat Daya dari populasi telah berkurang secara substansial. Di Brasil, spesies ini dinilai sudah punah di negara bagian Rio de Janeiro dan rentan di Negara Bagian Esprito Santo karena penangkapan ikan yang berlebihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun