[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="caleg perempuan"][/caption]
Perempuan memiliki persoalan tersendiri yang tak mungkin dirasakan—dan cenderung sukar dibicarakan—oleh para laki-laki. Sebut saja kekerasan domestik, kekerasan seksual, prostitusi, perdagangan manusia, hingga buruknya pelayanan kesehatan reproduksi yang melipatgandakan risiko kematian para ibu melahirkan. Dalam berbagai kasus ini, perempuanlah yang kerap menjadi korban sekaligus pihak yang paling tersakiti. Sementara laki-laki, merekalah yang justru kerap menjadi pelaku, atau sekedar menjadi penonton yang menganggap ketertindasan perempuan sebagai sesuatu yang kodrati.
Dalam konteks itulah, keterpilihan caleg perempuan dalam setiap pemilu menjadi agenda penting untuk diperjuangkan. Bukan sekedar untuk mengejar mimpi “kesetaraan gender”, tentu saja. Tapi agar kepentingan konkret perempuan, yang tak pernah sepenuhnya dimengerti laki-laki itu, dapat tersuarakan dan terakomodir dengan baik dalam tiap-tiap rumusan kebijakan publik. Dengan menguatnya kehadiran politisi perempuan di parlemen, negara diharapkan akan jadi lebih peka dalam menegakkan hak asasi berbagai kelompok warga—seperti kelompok pekerja rumah tangga, buruh migran, anak-anak dan difabel—yang selama ini kerap dipinggirkan oleh para politisi laki-laki.
Tapi sayang, seperti juga laki-laki, politisi perempuan berpostur ideal itu tidak mudah kita jumpai di Indonesia. Pada pemilu 2009 lalu, misalnya. Caleg-caleg perempuan kita malah kebanyakan berasal dari jaringan istri pejabat, keluarga pengusaha dan kalangan selebriti. Sebagian besarnya jelas-jelas tak punya pengalaman dalam memperjuangkan hak asasi. Mereka umumnya hanya dimajukan demi memenuhi ketentuan kuota 30% dan demi meningkatkan perolehan suara bagi partai. Alhasil, meski anggota parlemen perempuan kita di periode 2009-2014 ini terbilang lebih ramai dari periode sebelumnya; produksi kebijakan yang terkait dengan peningkatan kualitas hidup perempuan malah terasa semakin sepi. Jangankan membuat kebijakan baru, sebanyak 342 kebijakan lama yang berpotensi merugikan hak perempuan juga tak satupun mereka benahi.
Sekalipun tidak menumbuhkan harapan, rapor buruk politisi perempuan di periode 2009-2014 itu sudah sepatutnya kita jadikan pelajaran. Yang pasti, sejak saat ini setiap perempuan yang maju sebagai caleg harus kita nilai dengan cermat dan teliti, sebagaimana kita menilai caleg laki-laki.
Tempo dan Bersih2014 adalah contoh gerakan sipil yang telah merintis usaha penilaian tersebut. Lewat edisinya yang berjudul “Bukan Caleg Dalam Karung”, Tempo menaikkan beberapa nama caleg perempuan yang dinilai punya komitmen dalam memperjuangkan hak asasi. Sama juga halnya dengan Bersih2014. Gerakan sosial yang dimotori oleh jaringan aktivis HAM dalam negeri ini membuka portal informasi online berisi daftar nama caleg yang dinilai punya reputasi bersih. Nur Amalia (NasDem), Agung Putri (PDIP), Binny Bintarti Buchori (Golkar), Maria S. Wardhani (NasDem), Ninik Jumoenita (Golkar), dan Desmaniar (NasDem) adalah sebagian dari nama-nama caleg perempuan yang telah lolos uji.
Pada akhirnya, hasil penilaian Tempo dan Bersih2014 terhadap caleg-caleg tadi memang tidak bisa menjanjikan apa-apa. Namun, berbekal informasi tersebut, setidaknya kita punya jaminan bahwa Indonesia masih punya sedikit harapan. Ternyata masih ada perempuan-perempuan muda yang bercita-cita mengabdikan diri pada kaum dan bangsanya. Selama perempuan-perempuan seperti itu masih ada, Indonesia semestinya masih mampu melahirkan generasi yang penuh kasih serta hormat kepada tanah air dan sesamanya. Semoga.
[sumber gambar: http://www.menit.tv]
Rujukan:
“Partai Lebih Suka Caleg Berpayudara Besar” http://www.indonesia-2014.com/read/2014/03/27/%E2%80%9Cpartai-lebih-suka-caleg-berpayudara-besar%E2%80%9D#.Uz8Dh6iSx68
“Caleg Perempuan Punya PR Benahi Kebijakan Diskriminatif" http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt533e71776f056/caleg-perempuan-punya-pr-benahi-kebijakan-diskriminatif
“Harapan di Balik Caleg Pilihan Tempo” http://m.kompasiana.com/post/read/642464/3/harapan-di-balik-caleg-pilihan-tempo.html
“Caleg Perempuan: Kualitas, Yes! Kuantitas, Yes!” http://politik.kompasiana.com/2014/03/29/caleg-perempuan-kualitas-yes-kuantitas-yes-642850.html
“Daftar Caleg Bersih 2014” http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://bersih2014.net/id/content/daftar-caleg-bersih-2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H