Sudah agak lama sepertinya hingar bingar khasiat tanaman bajakah sudah reda. Semua kembali tenang, euforia sudah menghilang. Seperti biasa juga kita amati bagaimana respon dunia medis begitu dingin, seperti tidak bergairah.Â
Kok kenapa seperti itu? Sebenarnya tidak apa-apa, bukan skeptis tapi memang kabar efek khasiat tanaman tertentu sudah sering malang melintang di dunia medis.Â
Bahkan sudah banyak contohnya dan yang paling terkenal adalah kisah bunga vinca atau di Indonesia oleh masyarakat Jawa dikenal dengan bunga tapak dara. Dari kisah ini dapat kita pahami bahwa tidak begitu saja suatu ekstrak tanaman dapat disebut mengobati kanker.Â
Bunga vinca adalah tanaman asli dari pulau Madagaskar, hidup dengan subur di daerah tropis. Dahulu orang sering mengaitkan khasiat tanaman ini sebagai obat diabetes. Dipakai sebagai teh herbal dan diyakini dapat membantu mengontrol kadar gula darah. Mendengar hal ini tentu peneliti tidak tinggal diam. Kemudian bunga ini diteliti untuk digunakan sebagai obat anti diabetes.
Ekstrak tanaman ini kemudian diuji coba pada hewan uji atau hewan coba. Apa hasilnya? Ternyata tidak terbukti. Seberapa banyak pun ekstrak bunga vinca diberikan, gula darah tidak turun sama sekali. Pelajaran pertama dari kisah ini adalah bahwa tidak semuanya khasiat herbal tradisional ini dapat terbukti di laboratorium.Â
Akan tetapi, peneliti mengamati efek lain dari ekstrak bunga vinca. Dari hewan coba yang diberikan ekstrak bunga ini, ternyata dari pemeriksaan darah, sel darah putih dari hewan coba menurun secara drastis. Bahkan beberapa hewan coba mati karena infeksi akibat jumlah sel darah putih yang sangat rendah.Â
Para ahli pun mencari tahu mengenai efek ini dan mencoba menganalisa dan mengisolasi zat yang menyebabkan efek ini. Hasilnya adalah zat yang kemudian dinamakan vinblastine dan vincristine. Kedua zat dalam bunga vinca ini ternyata menjadi zat yang menyebabkan efek turunnya jumlah sel darah putih atau leukosit pada hewan coba.
Hasilnya, ternyata obat ini dengan kombinasi obat lain mampu menyembuhkan leukemia akut dan limfoma. Hasilnya ternyata sangat menggembirakan dan sampai saat ini, vincristine adalah obat penting dalam daftar senjata dalam melawan obat kanker.Â
Dari sini kita mendapat pelajaran lain dari kisah bunga vinca. Bahwa untuk menyatakan suatu ekstrak tanaman bermanfaat diperlukan penelitian.Â
Penelitian pun bertahap dan memerlukan proses yang panjang. Sebelum suatu ekstrak tanaman dinyatakan bermanfaat, perlu pembuktian dan setelah itu diikuti uji klinis sebelum kemudian dapat dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit. Untuk melihat kisah bungan vinca ini juga dapat dilihat pada video di bawah ini:
Adapun selain bunga vinca, ternyata banyak tanaman lain yang juga berhasil ditemukan memiliki efek obat anti kanker. Contoh lain pacific yew atau Taxus brevifolia. Tanaman ini juga mengandung zat bernama taxol yang kemudian lahirlah kelompok obat kemoterapi yang dinamakan taxane. Contoh obat kemoterapinya adalah paclitaxel dan docetaxel. Selain itu sebenarnya masih banyak obat lain yang lahir dari penelitian dari ekstrak tanaman.
Hal ini memberi pelajaran yang ketiga bahwa sebenarnya dunia medis tidak anti terhadap herbal atau ekstrak tanaman. Hanya saja, sebelum kita memakainya, diperlukan penelitian terlebih dahulu. Sebelum ada hasil penelitian tersebut, maka dunia medis tidak akan menggunakan zat tersebut sebagai bagian dari pengobatan suatu penyakit.
Kemudian ada pelajaran lain yaitu bahwa tidak serta merta suatu tanaman dapat digunakan secara mentah-mentah untuk tanaman obat. Tahukah Anda, berapa jumlah tanaman yang harus diekstrak untuk mendapat 1 gram vincristine? Jumlahnya adalah 900 kg daun atau tanaman kering. Sedangkan untuk sekali pemakaian pada orang dewasa untuk sekali kemoterapi adalah 2 mg. Artinya, kurang lebih diperlukan 1,8 kg massa kering tanaman vinca untuk sekali pakai.Â
Pemberiannya juga tidak diminum tapi disuntikan. Jadi, dengan konsumsi mentah tanaman vinca tidaklah cukup dan harus dimurnikan dahulu sebelum digunakan. Apalagi untuk hasil ekstraksi ini tidaklah konstan.Â
Artinya, untuk tanaman yang ditanam di pekarangan belum tentu dapat menghasilkan ekstrak yang setara tanaman yang sengaja dibudidayakan. Oleh sebab itu, walaupun ekstrak bunga ini terbukti berkhasiat tapi tidak dianjurkan untuk penderita kanker untuk konsumsi tanaman ini secara langsung.
Demikian paparan mengenai kisah bunga vinca ini, semoga menjadi pelajaran dan gambaran bagaimana pentingnya posisi penelitian dalam dunia kedokteran. Hal ini juga untuk menepis hoaks atau berita salah bahwa dunia medis anti terhadap pengobatan herbal dan pengobatan tradisional. Yang dibutuhkan hanyalah bukti dari eksperimen yang dilakukan dengan metode yang terstruktur dan memenuhi kaidah baku yang sudah terstandar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H