Dilema adalah mungkin kata yang paling bisa menggambarkan kondisi Bli Tawan ini. Alih-alih menjadi Iron Man, kenyataannya Bli Tawan malah menjadi sebuah ironi.
Kabar tentang mesin temuan pebengkel asal Bali ini sampai menghentak tidak hanya netizen melainkan juga para pemirsa televisi di dunia nyata. Kekagetan yang tercipta bahkan mampu menggeser ketenaran Drama Turki atau Sinetron Indonesia. Beritanya pun menggeser kepopuleran bom sarinah dengan polisi rupawannya atau kasus pembunuhan berencana dengan menu ice coffee with a lot of cyanide.
Respon atas berita inipun beragam. Ada yang simpati, kagum dan membela. Bahkan katanya ada yang sampai berani membayar mesin temuan itu dengan harga yang cukup fantastis. Tapi tidak sedikit pula yang antipati dan menganggap Bli Tawan ini cuma berbohong. Hoax. Saya pribadi secara instingtif juga sebetulnya tidak terlalu percaya akan kerja mesin tersebut. Tapi saya tidak perlu meberi argumen soal ini. Alasan yang pertama karena memang saya belum memiliki data primer soal kerja mesin tersebut, dan yang kedua, saya juga bukan seorang ahli elektronika apalagi ahli mesin.
Mari kita lihat kemungkinan-kemungkinannya!
Jika saja mesin ini memang adalah sebuah kebohongan, maka kasian sekali beliau yang satu ini. Tentunya ia akan menjadi bahan olokan oleh sebagian orang, terlebih di dunia maya. Di sisi lain, kita juga tidak pernah tahu dengan pasti apa yang menjadi motivasi Bli Tawan mengapa menggelar lelucon ini –sekali lagi jika ini kebohongan. Aji mumpung kah? Jika betul begitu, sungguh tindakan yang sangat berani. Keberenaiannya ini bisa diartikan bahwa ia sedang menganggap orang-orang seantero tanah air yang akan melihat atraksinya nanti tidak memiliki cukup daya kritis untuk menemukan trik permainannya. Sungguh tindakan berani. Saya khawatir, akan ada yang menuntut Bli Tawan nanti karena melakukan kebohongan publik.
Apakah Bli Tawan hanya korban media yang mau cari sensasi? Bisa jadi. Bisa juga tidak.
Tapi bagaimana jika mesin temuan itu memang betul betul bisa bekerja? Tentu hal ini kita patut kagumi dan apresiasi setinggi-tingginya. Sekalipun aspresiasi itu juga bisa diartikan menjadi sebuah tamparan yang menggugat, terutama bagi lembaga LIPI atau BPPT juga kalangan akademisi, engineer, peneliti, dan tidak terkecuali saya sendiri tentunya. Dengan hidup yang serba terbatas tanpa sentuhan pendidikan dan fasilitas, justru Bli Tawan yang mampu membuat sebuah invention yang bahkan di Amerika sendiri, hal itu masih eksis dalam dunia fiksi ilmiah. Hebat.
Saya hanya berdoa, semoga tangan robot itu betul adanya. Tentu menjadi sebuah maha karya anak negeri yang tidak bisa dipandang remeh. Ternyata bangsa indonesia bisa juga bicara tentang invention yangtepat guna. Namun jika saja itu hoax, betul-betul sebuah lelucon awal tahun yang sungguh ironis.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H