Mohon tunggu...
Alpaprana
Alpaprana Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Jika arwah sang penyair, dan setumpuk kesedihan pecinta sastra mengalir di urat nadi, maka ijinkanlah aku mencumbui setiap mata yang membaca rangkaian kalam rahsa alpaprana (aksara biasa), sampai terbenamnya bahasa penaku di keabadian sulbi makhluk berkulit tanah, sebelum tiupan sangkakala memanggil, menyentuh udara kiamat, hingga membangunkan seisi jagad raya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Teruntukmu Nama yang Entah Ku-kata

16 Juni 2017   17:26 Diperbarui: 16 Juni 2017   17:43 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Semasa ini, kutuliskan kisah dari kemasaman nurani. Agar ketika jasadku disebut mati, bunga yang ramah kupetik masihlah mekar mewangi-- Agar ketika jiwaku dilupa bumi, nama yang entah ku-kata teruslah hidup berpuisi.

Seutuh wajah keabadian malam, di setiap hari, kupandangi ladang di ruang ingatan. Nampak paras senyummu, jelas melambaikan asa-asa. Walau tak sedikit mereka yang mengaku manusia berkata : tak mungkin ada nyala bahagia di ujung sana-- atau, hanyalah redup sinaran lentera esok dalam airmata.

Teruntukmu, nama yang entah ku-kata. Di kematangan rahsamu, senjanya tak urung meneduhkan, langitnya menyerupa pelita kemenangan, udarapun mengalir penuh kemanfaatan, hingga tak mudah birunya garis bibirku sanggup memaafkan-- dan adalah sajak-sajak sunyiku yang kelak di-sejarahkan.

Di batas sebelum petang menyapa gerak napas ini, hangatku seakan menyublim tipis, menggambar gemawan yang kian sinis-- mengeja sepucuk surat dari kebenaran takdir bersamamu, mengubah mimpi jadi batu-- merayakan kesedihan yang penciptanya tak lain : aku.

Jakarta, 16062017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun