Mohon tunggu...
Alpaprana
Alpaprana Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Jika arwah sang penyair, dan setumpuk kesedihan pecinta sastra mengalir di urat nadi, maka ijinkanlah aku mencumbui setiap mata yang membaca rangkaian kalam rahsa alpaprana (aksara biasa), sampai terbenamnya bahasa penaku di keabadian sulbi makhluk berkulit tanah, sebelum tiupan sangkakala memanggil, menyentuh udara kiamat, hingga membangunkan seisi jagad raya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Oktober dan Seranting Akasia

14 Oktober 2016   02:14 Diperbarui: 14 Oktober 2016   02:53 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tertinggalkan jejak autumn biru sejuk
serta ayunan debu nista yang lembut dipeluk
tatkala seranting Akasia tertunduk
menyesap sisa aroma senja
dengan sederhana kata liturgi jiwa
lelah gerah duniawi digenggamnya
isak tangis sesal disenyumnya

Sejenak kebisuan suasana menyapa
memanggil nama bulan selanjutnya
dan terdengar lirih suara rahsa
'Betapa layunya hidupku'
walau jauh di udara berteriak kebenaran
pun gendang telingaku bisu
bisu semata pasrah menerima
menerima senyawa takdirnya
yang menelusup ke arah lipatan jantung
jantung merah memudar berdetak
detak mengosongkan paradigma tangis berkerak.

Akasia
Oktober telah berjalan seadanya
tetap seperti adanya
menyerupa teguran belas-kasih Tuhan
menyentuhmu
menyertaimu
walau serantingmu kering patah
dipeluk kebijakan debu-debu nista
walau mentari esok enggan menerima, rintihmu doa.

Dari sekelebat pandang serakah manusia
dari setumpuk peristiwa yang tergambar hina
Akasia bertaruh dalam fakta ;
patutkah memperdagangkan segala ingin pikiranku?

Semusim autumn biru, dan seutuhku layu
dengan menerjemah harakat ayat-ayat wujud-Mu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun