Menyeka luapan air dari mata teduh kekasih(ku)
memeluk kesunyian waktu
wajah polos jantung tertahan beku
sebab cinta, diri sejenak melupa rasa sakit yang membiru.
"Di mana, aku?"
Seperti pena yang menuliskan rasa kekasih dalam kerinduan, warna tinta(ku) merangkum kisah asmara yang kelak terabaikan.
Inikah yang disebut,"Cinta?"
Suara kekasih berbisik, "Aku terus saja menginginkan lembut napasmu, di setiap kehampaan jiwa memikirkanmu, dan menunggu gelap di ruang terang semu."
Cinta, waktu berbalik
bertanya, rasa(ku) menyambutmu (kekasih), lagi. "Aku bukanlah kesedihan yang kau butuhkan. Menutup mata, mengutuk cinta."
Hanya itu, tidak ada yang bisa kulakukan, bahkan kerinduan semakin melumpuhkan titik lemah jantung(ku).