Aku enggan menulis-Mu, Tuhan
hanya sekedar berpuisi
dengan seutuh rahsa manusia
Â
bertatap-pun, tidak
bahkan tatkala napas ke-senja-an alam berteriak
pandangan ruh-ku menemu nihil pekat ber-arak.
Â
Aku enggan menerjemah-Mu, Tuhan
hanya menyimak sabda-sabda kebenaran
tentang ke-akbaran sempurna-Mu
Â
berkata-pun, mungkin
bahkan tatkala neraka ditertawakan
surga dihadiahkan
bisu batinku memiliki hilang fana keduniaan.
Â
Tuhan, ini puisiku
bukan apapun kemewahan
hanya kebaikan dalam iman.
Â
Jakarta19102016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H