menempatkan keadilan takdir dalam berbagai pertanyaan
sebelum pagi menenggelamkan impian
Â
Sekelebat mata, bayang ketakutanku menyapa jauh di jiwa
akupun menghirup beku enigma
lalu bergegas melipat buku yang penuh tulisan
meletaknya pada imajinasi
berharap malam esok,
di mana nalarku bersandar ketenangan
akan kubuka lagi kelanjutan sketsa asmara
dan mengendapkan segala kesedihan