Mohon tunggu...
Alpaprana
Alpaprana Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Jika arwah sang penyair, dan setumpuk kesedihan pecinta sastra mengalir di urat nadi, maka ijinkanlah aku mencumbui setiap mata yang membaca rangkaian kalam rahsa alpaprana (aksara biasa), sampai terbenamnya bahasa penaku di keabadian sulbi makhluk berkulit tanah, sebelum tiupan sangkakala memanggil, menyentuh udara kiamat, hingga membangunkan seisi jagad raya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kedung Srengenge

24 April 2016   10:25 Diperbarui: 24 April 2016   10:35 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melupa sekejap rasa bernapas

mengecap apa yang telah terbias

membuang segala ingin

tanpa apapun hanyalah dingin

 

Adakah keabadian mengabadikan?

Serapan kata di atas khayalan nyata

menghidupi jiwa di pusara rasa

 

Wujudnya

kiasan yang teramat istimewa

mentari bersinar terang di malam sepertiga

membelah aliran sungai sedalam mata

menjunjung tinggi anugerah kuasa sang Pencipta

 

Kedung srengenge (Relung mentari)

batin yang memahami rasa sejati

sukmapun rela menyiksa diri

tertunduk hening kian berisi

melepas segala harap di kebutaan loka ini

 

Memaknai,

hidup kan penuh arti nan menghidupi.

 

http://forum.beetalkmobile.com/go/2070648

 

[caption caption="Puisi (Alpaprana) : Relung Mentari"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun