Aku merasa terlahir kembali saat menginjak umur 18th. Dibesarkan dan dididik layaknya seorang anak oleh keluarga yang utuh.Â
Keinginanku untuk bisa langsung bekerja setelah tamat SMK begitu besar. Dan tujuanku adalah Kota Denpasar. Saat itu aku teringat bahwa ada saudara dari ibu yang tinggal di Denpasar yang juga membantu saat ibu opname di RS Sanglah. Aku pun menemui mereka dengan harapan mereka bisa mencarikan ku pekerjaan apapun itu.Â
Namun bukanlah pekerjaan yang diberikan kepadaku kala itu, tetapi pancing yang belum berisi umpan. Entah bagaimana caraku nantinya bisa mencari umpan itu.Â
Melainkan aku ditawari untuk kursus Bahasa Perancis dan tinggal di rumah mereka selama aku belajar. Karena kebetulan juga tempat kursus tidak jauh dari rumah mereka.Â
Tanpa berfikir panjang ku terima tawaran mereka. Walau aku tak tau pekerjaan apa yang nantinya bisa ku lakukan setelah itu. Entah bahasa apa itu dalam benakku dan bagaimana harus belajar, karena selama ini aku hanya sering mendengar bahasa Inggris dan Jepang yang sering dibicarakan oleh anak-anak SMA jurusan bahasa pada umumnya.Â
Tapi ya sudahlah, jalani saja jawabku dan liat nanti...
Akupun meminta ijin ke rumah dan menyampaikan tawaran itu. Keluargaku sempat bilang apakah aku sanggup tinggal disana. Sepintas aku memikirkan maksudnya tetapi ku yakinkan langkah dan pilihanku.Â
Aku berangkat dengan sepeda motor milik Ajikku dengan pakaian seadanya. Yang selama ini tak pernah namanya bisa belanja atau membeli pakaian yang mengikuti jaman. Syukur-syukur masih ada bibik yang membelikanku baju saat masih di kampung dulu.Â
Telah disiapkannya aku kamar sendiri oleh keluarga itu. Dan mereka mengajakku berbincang-bincang serta membiarkanku istirahat di malam pertamaku tinggal di rumah mereka. Keesokan paginya aku terbangun agak siang, siangnya jam 07.00... yang mana kala itu telah ku lihat mereka duduk santai di meja makan sambil menyeruput kopi dan menikmati sarapan. Diajaklah aku bergabung dengan mereka. Disalah aku diberikan informasi tentang keseharian mereka dan bahwasanya aku harus rajin tidak boleh bangun siang, nanti rejekinya keburu pergi. Langsung aku teringat dengan kata keluargaku yang meragukan pilihanku tuk tinggal bersama mereka. Tanpa banyak tanya, aku pun mengangguk mengerti. Diajarkannya dan ditanamkannya pemikiran bahwa rumah itu adalah rumahku, keluarga itu adalah keluargaku. Maka lakukanlah yang terbaik tanpas disuruh. Aku mengerti maksud mereka. Sehingga esok harinya begitu aku bangun tidur, aku langsung menyapu, membantu menyiapkan sarapan, sesajen dan melakukan rutinitas layaknya penghuni rumah.Â
Hari berganti, aku pun sudah terbiasa dengan kehidupanku di rumah dan bersama keluarga ini. Semuanya ku lakukan tanpa paksaan. Aku yang sejatinya memang suka dengan kebersihan, kerapian, terorganisir merasa menemukan tempat dan orang yang tepat untuk berjalan bersama.
 Ku rasakan perhatian dan kasih sayangnya yang melebihi keluargaku. Bahkan Ajikku tak pernah menelponku hanya untuk menanyakan bagaimana kabarku disana. Sampai pada akhirnya kakakku bilang agar aku mengembalikan sepeda motor Ajikku karena ia tak ada kendaraan. Dan kakakku menyarankan agar aku meminjam sepeda motor dari keluarga ini selama aku tinggal bersama mereka. Hatiku pun langsung bertanya, apa benar statusku adalah anaknya? Sampai ia melakukan ini padaku? Kakakku SMA sudah dibelikan sepeda motor, sementara aku masih memakai punya Ajik dan saat ini diminta untuk mengembalikannya. Jujur, aku merasa sangat diasingkan, karena sekian bulan berlalu, aku sengaja tak pernah berkabar ingin tau apakah ada yang mempertanyakan keadaanku. Ternyata tidak...! Tak ada satupun yang mengirimkan pesannya padaku.Â