Untuk bicara tentang demokrasi dan politik di negeri ini, aku sudah kehabisan kata-kata. Karena sudah semua digunakan oleh para politisi, analis, dosen dan pengamat. Tapi tetap aku tak pernah paham apa arti demokrasi di antara tangis bayiku dan keluh kesah istriku.
Untuk bicara tentang menegakkan keadilan dan hukum di negeri ini, aku pun sudah kehabisan kata-kata. Karena dari politisi, polisi, jaksa, hakim, pengamat, dosen dan pengacara telah menghamburkannya. Tapi aku tetap tak pernah mengerti apa itu keadilan ketika sekaleng susu dan sebungkus mie instan kucuri demi bayi dan istriku.
Untuk bicara tentang kesejahteraan sosial di negeri ini, lagi-lagi aku tidak kebagian kata-kata. Karena semua sudah mengungkapkannya dengan data statistik secara gamblang. Toh aku tetap tidak tahu apa yang namanya kesejahteraan sosial saat perusahaan tempat aku bekerja memberi sehelai surat PHK.
Dan kini aku hanya bisa menunggu dihabisi kata-kata...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H