OLEH : Ir. Mathiyas THAIB, MEB, PMCE
Michael Porter sempat menyebut bahwa saripati strategi adalah pemilihan dan pelaksanaan aktivitas dengan cara berbeda hingga tercipta hasil (output) yang unik untuk memenuhi kebutuhan sesuai nilai-nilai yang diinginkan pelanggan.
Pemikiran guru besar Harvard University tersebut menggambarkan betapa pentingnya kelancaran proses kerja. Secara kausalitas, peningkatan kelancaran proses kerja akan meningkatkan nilai tambah bagi pengguna yang berdampak pada kenaikan pendapatan perusahaan. Di lain sisi, peningkatan kelancaran proses kerja juga mendongkrak produktivitas perusahaan. Kedua sisi tersebut memiliki muara yang sama, yaitu peningkatan nilai perusahaan.
Tetapi, sebagai suatu kondisi, kelancaran proses kerja tidak independen. Kondisi ini dipengaruhi oleh kesejahteraan karyawan, hubungan baik dengan suplier, dan masyarakat, ketersediaan infrastruktur publik. Secara internal, peningkatan kelancaran proses kerja juga dipengaruhi oleh peningkatan kebijakan dan pembelajaran perusahaan. Secara sederhana keterkaitan tersebut dapat dipaparkan dalam gambar di bawah ini.
Keterkaitan tersebut membuat Robert Kaplan menekankan bahwa strategi perusahaan yang utama adalah terlebih dahulu memenuhi kebutuhan seluruh pemangku kepentingannya. Para pemangku kepentingan tersebut adalah pemegang saham, pelanggan, karyawan, supplier, masyarakat sekitar serta pihak ketiga lainnya.
Mereka berkeinginan dan berkepentingan untuk mendapat manfaat dari keberadaan dan pertumbuhan perusahaan. Sebaliknya, perusahaan juga sangat berkepentingan dengan keberadaan pihak-pihak tersebut.
Berbasiskan logika cause effect ini, jika terjadi konflik antara perusahaan dengan para pemangku kepentingannya, akan berimbas pada terhambatnya kelancaran proses kerja perusahaan. Kondisi ini akan berdampak negatif terhadap produktivitas dan nilai tambah pengguna yang pada akhirnya membuat nilai perusahaan stagnan atau bahkan menurun.
Ambil contoh pemogokan pilot PT GAI pada Juli 2011 silam. Aksi unjukrasa yang dipicu ketimpangan pendapatan pilot lokal-pilot asing tersebut, membuat beberapa jadual penerbangan terpaksa ditunda bahkan dibatalkan.
Bila dibiarkan berlarut-larut, aksi-aksi semacam itu pasti mengganggu pertumbuhan perusahaan -baik secara financial, target pelanggan, efisiensi operasi perusahaan dan lain-lain. Ujung-ujung pemegang saham tentu kecewa.
Sebaliknya, kondisi tersebut juga berdampak negatif kepada pelanggan. Bisa dibayangkan risiko kerugian yang diderita penumpang pesawat -penandatanganan kontrak bisnis yang gagal, pengiriman logistik yang terlambat, reskedul rencana kerja?