Mohon tunggu...
Aloisius Johnsis
Aloisius Johnsis Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis yang mengubah rasa menjadi cerita.

Manusia yang senang bercerita, setia untuk menghidupi keyakinannya dan berusaha keras untuk mewujudkan impiannya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pertobatan Sumber Kerahiman Allah yang Nyata

13 Desember 2015   23:09 Diperbarui: 13 Desember 2015   23:09 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Suasana Misa Pembukaan Tahun Kerahiman Allah/Foto : Dok. Komsos BMV Katedral "][/caption]Sekitar seribu umat Keuskupan Bogor mengikuti misa pembukaan Tahun Yubelium Kerahiman Allah di Gereja BMV Katedral Bogor pukul 16.30 wib, Selasa (8/12). Tahun Yubelium Kerahiman Allah yang dicanangkan Paus Fransiskus telah dimulai pada 8 November 2015 lalu dan akan berakhir pada 20 November 2015. Misa pembukaan ini juga dihadiri oleh para pastor diosesan dan tarekat, lembaga hidup bakti yang terdiri dari suster dan bruder yang ada di Keuskupan Bogor. Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur dalam sambutannya mejelaskan bahwa pengampunan dan pertobatan adalah sumber Kerahiman Allah yang nyata. “Dalam tahun kerahiman Allah ini Paus Fransiskus menghimbau para uskup dan imam untuk memberikan perhatian lebih kepada umat lewat sakramen pengakuan dosa dan Keuskupan Bogor juga berkomitmen untuk memberikan Sakramen Tobat lebih sering karena pengampunan dan pertobatan adalah sumber Kerahiman Allah yang sejati,” ungkap Monsinyur Paskalis.

[caption caption="Doa Koronka yang dipimpin oleh RD. Mikael Endro Susanto/Foto : Dok. Komsos BMV Katedral"]

[/caption]Pembukaan Tahun Kerahiman Allah di Keuskupan Bogor yang dimulai dengan Doa Koronka di aula Seminari Menengah Stella Maris yang dipimpin oleh RD. Mikael Endro Susanto, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Bulla Paus Fransiskus Misericordiae Vultus oleh Vikaris Jendral RD. Christoforus Tri Harsono. Setelah itu Prosesi dilanjutkan dengan perarakan menuju gerbang Gereja BMV Katedral Bogor yang diiringi oleh nyanyian Litani Para Kudus, setibanya di gerbang Bapa Uskup mengetuk pintu gereja dengan palu sebanyak 3 kali kemudian berarak masuk kedalam gereja.

Dalam homilinya Monsiyur menjelaskan ada 3 hal penting yang perlu umat renungkan dan refleksikan dalam Tahun Yubelium Kerahiman Allah yaitu tema wajah, Kerahiman Allah, dan bergerak atau bertindak. Wajah sesungguhnya dapat menampilkan karakter diri dari seseorang. Wajah yang dimaksudkan oleh Bapa Uskup adalah Yesus Kristus yang telah menampilkan belas kasih Kerahiman Allah yang nyata di dunia ini. Melalui wajah Yesuslah Allah Bapa memandang kita umat manusia. “Jika anda sekalian ingin melihat Allah yang Maharahim, maka lihatlah Yesus. Karena melalui pengorbanan Yesus di kayu salib untuk menebus dosa manusialah pengampunan Allah hadir,” tutur Bapa Uskup.

Point kedua yang menjadi inti perayaan besar tahun ini adalah Kerahiman Allah. Gereja saat ini diajak untuk memberikan fokus dan perhatian pada Allah Tri Tunggal Mahakudus yang menjadi sumber belas kasih dan kerahiman. Tema Kerahiman Allah mau mengajak umat untuk kembali kepada Allah yang empunya kehidupan, hal tersebut juga ditampilkan dalam surat Gembala mengenai Kerahiman Allah yang mengajak seluruh umat di Keuskupan Bogor untuk melakukan gerakan bersama pertobatan pastoral, pertobatan sakramental, dan pertobatan ekologis. “Pertobatan merupakan tindakan nyata untuk kembali kepada Allah. Jika selama ini kita main-main dengan Allah dan tidak sungguh-sungguh kembali kepada Dia. Inilah saatnya untuk kita kembali kepada Allah yang selalu mempunyai belas kasih untuk kita semua,” ajak Monsinyur Paskalis.

Terakhir yaitu bergerak melakukan kasih, bangkit dan bertindak untuk membagikan kasih kepada sesama. “Siapa yang bergerak? Siapa yang bertindak? Paus mengatakan ya para uskup, para imam, bruder, suster dan tentu saja kita semua sebagai Gereja,” tukas Uskup Bogor. 3 Point penting tersebut dapat terwujud melalui berbagai tindakan kongkret yaitu pengakuan dosa, sakramen ekaristi, ziarah rohani, dan saling mengampuni.

Sebagai penutup bapa uskup mengajak seluruh umat yang hadir tidak terkecuali para klerus dan lembaga hidup bakti untuk berhenti bergosip, iri hati, curiga, berpikir negatif, dan tidakan buruk lainnya karena banyak hal positif bisa dilakukan sebagai bentuk perubahan diri.  “Marilah saudara-saudari kita melanjutkan perayaan ini dengan sukacita karena kita mengalami belas kasih dari Tuhan dan karena kita telah dipercaya oleh Tuhan menjadi misionaris kerahiman Allah,” himbau Monsinyur.

(AJ)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun