Seksi Kerawam Paroki BMV Katedral Bogor menggelar seminar kebangsaan di Gedung Pusat Pastoral Keuskupan Bogor, Minggu (5/6). Seminar bertajuk “Bhinneka Tunggal Ika” ini dihadiri sekitar 300 umat dari berbagai paroki di Keuskupan Bogor. “Kita semua harus sadar bahwa umat Katolik dan Gereja juga turut mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara. Pastor Paroki Katedral RD Dominikus Savio Tukiyo dalam sambutannya mengajak umat untuk senantiasa mengisi kehidupan bernegara dengan hal-hal yang positif. “Maka kita yang hidup dalam kebhinnekaan harus mampu mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif,” pinta Romo Tukiyo.
Seminar kebangsaan ini menghadirkan berbagai narasumber yang menjadi pakar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Dr. KH. Marsyudi Syuhud, Dosen Sosiologi Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. Paulus Wirutomo, dan Direktur Jendral Perhubungan Laut Kementrian Perhubungan RI Antonius Tony Budiono.
Di awal seminar KH Marsyudi Syuhud mengungkapkan Empat pilar bangsa yang selalu didengungkan para petinggi bangsa ini khususnya di MPR. Pilar tersebut juga dinilai terkait erat dengan PBNU yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945 yang jika disingkat menjadi PBNU. “Bagi NU sudah jelas landasan bangsa ini. Hidup bersama dengan pancasila yang telah disepakati bersama. Hukumnya wajib untuk dilaksanakan! Dari sila pertama sampai terakhir tidak ada yg bertentangan dengan ajaran islam,” tegas Marsyudi Syuhud.
Selain menjadi Dosen Sosiologi UI Prof. Dr. Paulus Wirutomo juga merupakan Guru Besar Fakultas ISIP UI. Ia mengungkapkan bahwa banyak orang menyalahartikan revolusi mental yang diusung oleh Jokowi sebagai Presiden RI. Revolusi mental bukan hanya untuk Jokowi, pemerintah, ataupun PDIP, namun lebih luas lagi revolusi mental untuk kita semua warga Negara Indonesia.
Ia menambahkan bahwa masyarakat harus sadar bahwa Indonesia memiliki PR yang harus segera dikerjakan dan diperbaiki. “Menurut survei internasional Indonesia adalah negara paling bahagia, negara yang ramah tamah. Tapi menurut survei internasional juga bahwa Indonesia adalah Negara paling berpolusi, Negara tukang tidur, dan 3 besar juara dunia pengakses situs porno,” ungkapnya.
Revolusi secara sederhana adalah berubah dengan cepat. Untuk mengerjakan berbagai pekerjaan rumah tersebut maka pemerintah membuat berbagai nilai strategis untuk diaplikasikan dalam masyarakat yaitu kewargaan, kepercayaan, kemandirian, kreativitias, gotong royong, saling menghargai. “Siapa yang harus direvolusi? Jawabannya adalah birokrasi, dunia usaha, civil society,” jelas Ketua Program Magister Manajemen Pembangunan Sosial Pascasarjana UI itu.
Ketua panitia sekaligus Ketua Seksi Kerawam Albert Wawo mengugkapkan tujuan serta harapannya dalam seminar ini “Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman kita sebagai warganegara yang berbeda-beda tapi tetap satu. Harapannya, agar umat mau melakukan revolusi mental, tidak minder karena minoritas lalu takut melayani namun berani melayani masyarakat dimana kita berada. 100% Katolik, 100 indonesia!,” pungkasnya.
(AJ)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H