Mohon tunggu...
danang tri hartanto
danang tri hartanto Mohon Tunggu... -

menyukai tantangan, humoris, lumayan kritis dan berkumis kadang tipis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Republik Preman

26 Februari 2012   00:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:14 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akhir - akhir ini kita disuguhi berita tentang budaya kekerasan yang sepertinya telah menjadi budaya baru bagi bangsa ini, kita lupa bahwa bangsa kita dahulu diakui sebagai bangsa dengan kebudayaan yang adiluhung, sopan santun,ramah dan saling menghormati adalah karakter yang melekat pada manusia Indonesia. Perlahan tapi pasti, budaya bangsa kita(sopan, santun, ramah, dll) terkikis oleh budaya baru, yaitu budaya kekerasan.

Kekerasan telah menjadi pemandangan sehari- hari dalam kehidupan kita, terutama ketika kita membaca atau menonton berita tentang kriminalitas, sadisme sebagai watak dari budaya kekerasan sepertinya telah menjadi hal yang lumrah dilakukan sebagai jalan menyelesaikan suatu permasalahan. Bahkan siswa sekolah dasar dengan enaknya menganiaya (korban mengalami beberapa luka tusukan) teman sekolah lantaran ketahuan mencuri handphone milik orang tua korban, anehnya si pelaku tidak merasa bersalah sama sekali.

Kejadian di atas tentu sangat memprihatinkan bagi kita, karena jika anak kecil sudah berprilaku sedemikian sadisnya, lantas bagaimana ketika dia dewasa, dan bagaimana nasib bangsa ini jika mereka yang masih anak-anak menjadikan kekerasan sebagai gaya hidupnya. Jika boleh mengambil hipotesa, bangsa ini kelak akan menjadi "Republik Preman", dimana kehidupan sehari-hari akan diwarnai dengan gaya hidup yang premanistik.

Budaya kekerasan sebagai cikal bakal lahirnya "Republik Preman" saat ini telah menjadi gaya hidup bagi sebagian manusia Indonesia, bahkan tidak menutup kemungkinan budaya kekerasan dengan preman sebagai aktornya akan bermetafora menjadi bentuk yang lebih santun (terselubung). Preman -preman ini akan melakukan infiltrasi ke berbagai institusi kehidupan, kemudian mereka akan berpindah dari jalanan menuju institusi-institusi tersebut. Sebagai contoh adalah jika preman masuk ke dalam institusi agama, maka ia akan menjadi "preman berjubah", jika ia masuk ke dunia bisnis, maka ia akan menjadi "preman berduit" dan jika ia masuk ke dalam institusi politik, maka ia akan segera menjadi "preman berdasi!".

Fase - fase menuju "Republik Preman" sebenarnya sudah hadir di tengah kehidupan kita, dimana preman memang sudah mengalami mutasi kehidupan, yaitu dari jalanan menuju "kantoran". Kita selaku manusia Indonesia tentu tidak menginginkan hal itu terjadi, karena kekerasan tidak akan menciptakan kedamaian. Hanya dengan cinta kasihlah kedamaian akan bersemi di republik ini, yaitu "Republik Indonesia".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun