Mohon tunggu...
Mujibta Yakub
Mujibta Yakub Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Hobi Menulis, Berbagi Faedah (Manfaat), Belajar, Religi (Islam).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mirror Self-Recognition (MSR): Tes Pengenalan Diri menggunakan Cermin

24 Juli 2024   10:24 Diperbarui: 24 Juli 2024   10:41 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tes Pengenalan Diri Menggunakan Cermin

Tes cermin, juga dikenal sebagai tes pengenalan diri menggunakan cermin (mirror self-recognition/MSR), adalah teknik perilaku yang dikembangkan pada tahun 1970 oleh psikolog Gordon Gallup Jr. untuk menentukan apakah suatu hewan memiliki kemampuan pengenalan diri visual dan kesadaran diri. Tes ini melibatkan penandaan hewan dengan tanda visual, biasanya menggunakan pewarna atau stiker tanpa bau, pada area tubuh yang biasanya tidak terlihat, seperti dahi atau telinga. Hewan tersebut kemudian diberikan akses ke cermin, dan perilakunya diamati. Jika hewan tersebut menyentuh atau menyelidiki tanda di tubuhnya sendiri saat melihat cermin, ini diinterpretasikan sebagai bukti bahwa hewan tersebut mengenali gambar yang terpantul sebagai dirinya sendiri, bukan individu lain. Perilaku yang diarahkan pada tanda ini dianggap sebagai indikasi kesadaran diri dan kemampuan untuk pengenalan diri visual.

Inspirasi untuk tes cermin datang dari pengamatan Charles Darwin terhadap orangutan bernama Jenny di Kebun Binatang London pada tahun 1838. Darwin melihat Jenny menatap ke dalam cermin, yang membuatnya bertanya-tanya tentang kemungkinan pengenalan diri pada orangutan. Pada tahun 1970, Gordon Gallup Jr. melakukan studi eksperimental pertama tentang pengenalan diri menggunakan cermin dengan simpanse. Dia memaparkan empat simpanse liar remaja, yang belum pernah melihat cermin sebelumnya, pada pantulan mereka selama 80 jam. Awalnya merasa terancam oleh gambar mereka sendiri, simpanse tersebut akhirnya menggunakan cermin untuk perilaku yang diarahkan pada diri sendiri, seperti merawat area yang tidak terlihat.

Gallup kemudian membius simpanse tersebut dan menerapkan tanda pewarna tanpa bau. Setelah sadar kembali, dia mencatat seberapa sering mereka menyentuh area yang ditandai dengan dan tanpa cermin yang tersedia. Seringnya inspeksi terhadap tanda ketika cermin tersedia menunjukkan bahwa mereka mengenali gambar yang terpantul sebagai diri mereka sendiri. Ini menandai bukti empiris pertama tentang pengenalan diri menggunakan cermin pada spesies non-manusia. Variasi selanjutnya menggunakan penanda taktil atau melewati anestesi, tetapi metode inti mengamati perilaku yang diarahkan pada tanda tetap ada. Tes ini sejak itu dilakukan pada banyak spesies untuk menyelidiki kemampuan kesadaran diri.

Kritik terhadap Tes Cermin

Kritik utama terhadap tes cermin adalah bahwa tes ini mungkin tidak cocok untuk spesies yang lebih banyak mengandalkan indra lain selain penglihatan, seperti penciuman atau ekolokasi. Misalnya, anjing terutama mengenali orang lain melalui bau, sehingga mereka mungkin dengan cepat mengabaikan pantulan cermin mereka sendiri karena kurangnya bau yang terkait. Demikian pula, kelelawar yang menavigasi menggunakan sonar mungkin tidak merespons rangsangan visual murni seperti cermin dengan cara yang secara akurat mencerminkan kemampuan kesadaran diri mereka.

Faktor budaya dan lingkungan juga dapat mempengaruhi hasil tes cermin, terutama pada anak-anak manusia. Studi menunjukkan bahwa anak-anak dari budaya dengan paparan terbatas pada cermin mungkin gagal dalam tes ini pada usia ketika anak-anak Barat biasanya berhasil, menunjukkan bahwa keterbiasaan dengan permukaan reflektif memainkan peran.

Selain itu, para kritikus berpendapat bahwa pelatihan yang ekstensif atau adanya motivasi tertentu, seperti hadiah makanan, dapat menyebabkan hewan menunjukkan perilaku yang diarahkan pada tanda tanpa pengenalan diri yang sebenarnya. Ini menimbulkan kekhawatiran bahwa tes cermin dapat mengacaukan respons yang dipelajari dengan kesadaran diri yang sebenarnya dalam beberapa kasus.

Alternatif dan Variasi Tes

Untuk menilai pengenalan diri pada spesies yang sangat bergantung pada penciuman, para peneliti telah mengusulkan tes "cermin olfaktori" sebagai alternatif untuk tes cermin visual tradisional. Pendekatan ini melibatkan memodifikasi bau hewan sendiri dengan cara tertentu dan mengamati apakah hewan tersebut menyelidiki bau yang diubah lebih intensif saat disajikan dengan sampel bau mereka sendiri dibandingkan dengan kontrol yang tidak dimodifikasi. Meskipun menarik, tes cermin olfaktori memiliki keterbatasan sendiri, karena sulit untuk memastikan bahwa modifikasi bau benar-benar tidak terdeteksi oleh indra lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun