Mohon tunggu...
Layla Munawaroh
Layla Munawaroh Mohon Tunggu... -

hidup dalam keterbatasan bukanlah alasan untuk menyerah, tapi sebaliknya menjadi motivasi untuk menjadi kuat dan hidup bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Minimnya Pelayanan Education For All pada PAUD di Indonesia

19 Juni 2014   23:57 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:04 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan inklusif merupakan realisasi dari visi pendidikan untuk semua (education for all), diwujudkan dengan adanya berbagai kebijakan yang diterapkan dalam konteks penyamaan hak-hak pendidikan untuk semua warga negara, termasuk warga negara yang berkebutuhan khusus. Sehubungan hal itu, Pemerintah Indonesia menyelenggarakan pendidikan inklusif bagi ABK berdasarkan Permendiknas No. 70 tahun 2009.

Maka kehadiran pendidikan inklusif, dimaknai sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

“Menurut Sopan-Shevin, pendidikan inklusif adalah system layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah – sekolah terdekat dikelas biasa bersama teman – teman seusianya.”

Namun, dalam penyelenggaraannya masih belum seperti yang diharapkan. Minimnya pengelolaan pendidikan inklusif di tingkat lembaga pendidikan anak usia dini. Terutama lembaga – lembaga pendidikan yang ada di daerah pedesaan. Kalau hanya menghandalkan lembaga pada sekolah luar biasa, juga belum memadai. Padahal setiap tahunnya jumlah anak berkebutuhan khusus teruslah meningkat.

Selanjutnya, pelayanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus ini seharusnya tidaklah dipandang sebelah mata. Mengapa? Karena banyak sekali tokoh – tokkoh dunia yang juga mengalami “gangguan” pada masa kecilnya, namun dapat sukses dan hidup bahagia berkat kerja keras dan tentunya didikan yang baik dari orang tua, guru dan lingkunganya.

Contohnya  :

a)Albert Einstein, ia yang pernah di keluarkan dari sekolah karena dianggap berperilaku aneh dan memiliki kemampuan perkembangan bahasa yang lambat yang merupakan ciri-ciri anak pengidap sindrom asperger, akhirnya sukses dengan Teori Relativitas-nya.

b)Thomas Alfa Edison, ia pernah dianggap sakit jiwa dan sangat lamban oleh gurunya, beliau di duga mengalami dyslexia yaitu ketidakmampuan dalam hal membaca dan menulis, namun dengan kesabaran dan cinta kasih ibunya akhirnya ia dapat menemukan bola lampu yang kemudian telah merubah peradaban umat manusia.

Kisah nyata dari Albert Einstein  dan Thomas Alfa Edison ini merupakan contoh kecil betapa di balik “kekurangan” yang mereka alami,  memiliki potensi besar.Bila mereka tidak diberi kesempatan dan peluang dalam mengembangkan potensi yang dimilikinyasejak dini, tentunya akan merugikan diri mereka dan akan memberikan “beban” kepada bangsa ini. Namun sebaliknya jika kita mampu mendidik mereka, tentunya mereka akan menjadi orang-orang yang mampu memberi kontribusi kepada masyarakat dan bukan tidak mungkin akan menjadi tokoh yang menginspirasi di tengah masyarakat Indonesia bahkan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun