Location Quotient (LQ) adalah suatu metode yang digunakan untuk mengukur kekuatan relatif suatu sektor dalam perekonomian suatu daerah dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat nasional atau regional. LQ dihitung dengan membandingkan proporsi sektor tertentu dalam perekonomian suatu daerah dengan proporsi sektor yang sama dalam perekonomian nasional. LQ yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki konsentrasi yang lebih tinggi di daerah tersebut dibandingkan dengan tingkat nasional, yang menunjukkan potensi sebagai sektor basis. Sebaliknya, LQ yang lebih kecil dari 1 menunjukkan bahwa sektor tersebut relatif kurang dominan di daerah tersebut dan tidak termasuk sektor unggulan (Hansen, 2011).
Dalam konteks peternakan, perikanan, dan perkebunan di Kabupaten Tanah Laut, metode LQ dapat membantu mengidentifikasi sektor mana yang memiliki potensi lebih besar untuk dikembangkan berdasarkan perbandingan kontribusi sektor tersebut terhadap perekonomian daerah dan nasional. Misalnya, sektor peternakan yang memiliki LQ lebih tinggi dari 1 dapat dianggap sebagai sektor unggulan yang memiliki potensi untuk menjadi sektor basis, yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
2. Shift-Share
Shift-Share adalah metode yang digunakan untuk menganalisis perubahan struktural dalam perekonomian suatu daerah dengan membagi pertumbuhan sektor ke dalam tiga komponen utama, yaitu:
- Pertumbuhan Nasional (National Growth Component): Menunjukkan seberapa besar kontribusi sektor tertentu terhadap pertumbuhan nasional yang berpengaruh pada daerah tersebut.
- Keunggulan Kompetitif Regional (Regional Competitive Component): Menilai sejauh mana faktor lokal, seperti kebijakan pemerintah, sumber daya alam, atau kondisi geografis, mempengaruhi kinerja sektor tersebut.
- Pertumbuhan Industri (Industry Mix Component): Menunjukkan bagaimana pertumbuhan sektor tersebut di tingkat industri secara keseluruhan memengaruhi kinerja sektor di tingkat daerah.
Metode Shift-Share memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sektor di suatu wilayah. Dalam analisis sektor peternakan, perikanan, dan perkebunan, metode ini dapat membantu untuk memahami apakah sektor-sektor tersebut tumbuh karena faktor-faktor nasional, keunggulan kompetitif lokal, atau karena tren umum dalam industri tersebut (Dunn, 2009).
- Potensi Sektor Peternakan, Perikanan, dan Perkebunan
Setiap sektor yang dianalisis memiliki karakteristik dan tantangan yang berbeda, yang mempengaruhi potensi mereka dalam perekonomian daerah.
- Sektor Peternakan: Sektor peternakan memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan, terutama daging, susu, dan telur. Di Indonesia, sektor peternakan merupakan sektor yang membutuhkan peningkatan dalam hal efisiensi produksi dan manajemen sumber daya alam (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2017). Dalam konteks Kabupaten Tanah Laut, sektor peternakan dapat dilihat sebagai sektor potensial, mengingat daerah tersebut memiliki kondisi geografis yang mendukung untuk pengembangan usaha peternakan.
- Sektor Perikanan: Sektor perikanan, baik perikanan tangkap maupun budidaya, memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia, terutama di daerah pesisir. Kabupaten Tanah Laut, yang terletak di pesisir, memiliki potensi yang besar dalam sektor ini, baik dalam hal produksi ikan maupun pengolahan hasil perikanan. Namun, sektor ini menghadapi tantangan terkait dengan kelestarian sumber daya alam dan peningkatan daya saing di pasar global (Aslani, 2014).
- Sektor Perkebunan: Perkebunan merupakan sektor yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia, terutama dalam komoditas seperti kelapa sawit, karet, dan kopi. Di Kabupaten Tanah Laut, sektor perkebunan menjadi salah satu sektor yang dominan dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian daerah. Potensi sektor ini dapat lebih dikembangkan dengan meningkatkan produktivitas dan memperhatikan keberlanjutan lingkungan (BPS Tanah Laut, 2018).
- Studi Terkait
Beberapa studi sebelumnya juga telah mengaplikasikan metode LQ dan Shift-Share untuk menganalisis potensi wilayah. Misalnya, penelitian oleh Kuncoro (2014) yang mengidentifikasi sektor unggulan di Jawa Tengah dengan menggunakan metode LQ dan Shift-Share. Studi tersebut menunjukkan bahwa metode ini efektif untuk mengidentifikasi sektor-sektor yang memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi regional. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2016), yang menganalisis potensi sektor pertanian dan perikanan di Sulawesi Utara dengan pendekatan yang sama, yang menghasilkan rekomendasi penting dalam pengembangan sektor unggulan daerah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi wilayah sektor peternakan, perikanan, dan perkebunan di Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2018 dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) dan Shift-Share. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dan potensi sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Tanah Laut. Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis data yang berkaitan dengan kontribusi sektor peternakan, perikanan, dan perkebunan terhadap perekonomian daerah dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) dan Shift-Share.
- Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanah Laut, salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kabupaten Tanah Laut dipilih sebagai lokasi penelitian karena sektor peternakan, perikanan, dan perkebunan memiliki peran penting dalam perekonomian daerah tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup data produk domestik regional bruto (PDRB) sektor peternakan, perikanan, dan perkebunan pada tahun 2018.
- Sumber Data