Zahrapun menangis dan meratapi kekalahannya di pelukan orang tuanya, merekapun turut menyemangati dan menghibur Zahra dan memberikan pemahaman kepada anak mereka mengenai hikmah kuasa tuhan, serta hal yang dialaminya menjadi ujian untuknya agar selalu berusaha dan tetap merendah. Setelah perlombaan tersebut, Zahra tetap kembali memotivasi dirinya untuk menggapai cita-citanya menjadi atlet profersional. Ia pun teus berlatih kembali setiap harinya.
Setelah lulus SMA, orang tua Zahra memutuskan menyekolahkan anaknya di salah satu pesntren di Bogor. Zahrapun harus menghentikan hobinya terlebih dahulu, dikarenakan ekskul memanah tidak terdapat di pesntren tersebut. Zahrapun menerima hal tersebut dengan berlapang dada, serta ia mengeti akan pentingnya mempelajari ilmu agama untuk pondasi kehidupannya. Setelah lulus SMA, ia mendapatkan beasiswa di Universitan Presiden di Cikarang.Â
Ia juga kembali belajar dan berlatih memanah untuk mengejar mimpinya. Ketika itu, Zahra sedang berlatih sendirian di sebuah lapangan luas di dekat rumahnya, kemudian datang seorang laki-laki ke lapangan tersebut dengan motornya, lalu dia menyaksikan latihan Zahra sambil tersenyum puas.Â
Setelah Zahra usai berlatih, laki-laki tersebut mendatanginya dan menawarkannya untuk ikut di dalam salah satu komunitas pemanah terbaik di Cibubur, yaitu Generasi Emas Archery atau kerap dikenal dengan GEAR. Lelaki tersebut tersebut menawarkannya di sebabkan ia terpukau dengan teknik dan kekuatan Zahra dalam memanah.Â
Tanpa berpikir lama, Zahra menyetujui ajakan tersebut. Akan tetapi, orang tuanya sempat menentang Zahra untuk melanjutkan hobinya di komunitas tersebut, dikarenakan ia menginginkan anaknya untuk fokus menyelsaikan akademiknya dengan baik, mereka khawatir Zahra akan lupa untuk belajar dan lebih mementingkan hobinya dibandingkan kewajibannya untuk mendapatkan gelar sarjana. Setelah berbagai perdebatan, mereka menytujui keinginan Zahra untuk mengasah hobinya di komunitas GEAR dengan syarat ia selalu mendapatkan IPK di atas 3,2 di setiap semester kuliahnya. Iapun langsung menyetujui hal tersebut.
Sebelum ia dapat ikut serta untuk berlatih di komunitas tersebut, ia harus menyelesaikan tantangan yang di berikan oleh pelatihnya. Zahra harus mendapatkan 260 poin dalam tembakan satu sesi dengan jarak tembak 30 meter. Awalnya, ia merasa tidak percaya diri dengan kemampuannya, serta ia juga baru belajar memanah hingga jarak 20 meter.Â
Pelatihnyapun memberikannya dukungan dan semangat hingga mental percaya dirinya kembali naik, kemudian ia mulai meluncurkan anak panah satu persatu hingga mencapai skor yang tidak di sangka oleh pelatihnya. Zahra mencapai skor 280 dari seluruh tembakannya. Berbagai pujian dan tepuk tangan memarakkan lapangan panahan, pelatihnyapun langsung menjabat tangannya dan memberikannya selamat. Pelatih tersebut sudah mengetahui bakal alami dan potensi besar yang di miliki oleh Zahra.
Latihan demi latihan ia jalani setiap harinya hingga ia mencapai jarak tembak 35 meter, Zahra semakin mengerti bahwa ketelatenan, kesabaran dan semangat adalah pondasi olahraga ini. Ia percaya dan yakin bahwa jika dia terus mengasah 3 pondasi tersebut, ia dapat menjadi atlet nasional. Sudah menjadi mimpinya untuk mengibarkan bendera Indonesia di ajang memanah di perlombaan Olimpic. Beberapa bulan kemudian Zahra diminta untuk mewakilkan komunitas GEAR untuk mengikuti lomba Anak Panah Competition 2021.Â
Komunitas ini hanya memilih dan mewakilkan 3 anak didik terbaiknya untuk mengikuti lomba se-jawa barat ini. Perlombaan tersebut akan dilaksanakan pada tangal 30-31 Oktober 2021. Zahra yakin untuk menang dalam perlombaan ini dan menjadi nomor satu di Jawa Barar serta menjadikan lomba ini sebagai batu loncatan untuk meraih mimpinya.
Â
Â