Mohon tunggu...
al mudhofa
al mudhofa Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - ASN Hobby Rebahan (Anytime and Anywhere)

Pecinta Caffein Pecinta Nikotin Pecinta Duit

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Kehamilan Remaja Merupakan Masalah yang Serius?

7 Juni 2024   00:18 Diperbarui: 7 Juni 2024   01:54 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Shutterstock via Kompas.com)

Kehamilan remaja adalah fenomena global dengan penyebab yang diketahui dengan jelas dan konsekuensi kesehatan, sosial dan ekonomi yang serius. Kehamilan remaja cenderung lebih tinggi pada mereka yang berpendidikan rendah atau berstatus ekonomi rendah. Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia 15-19 tahun baik pada remaja yang menikah maupun yang belum menikah. 

Kehamilan usia remaja memberikan risiko yang sangat tinggi terhadap kematian ibu dan bayi. Konsekuensi akibat kehamilan dan kelahiran remaja tidak hanya berdampak pada tingkat individu, namun juga berimbas ditingkatan sosial dan global. Di Indonesia, tingkat kehamilan remaja masih cukup tinggi. Menurut data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2019, sekitar 9,2% perempuan usia 15-19 tahun mengalami kehamilan.

Faktor yang berkontribusi terhadap kehamilan remaja adalah anak perempuan berada dibawah tekanan untuk menikah dan melahirkan anak. Pada tahun 2021, perkiraan jumlah pengantin anak secara global adalah 650 juta: pernikahan anak menempatkan anak perempuan pada peningkatan risiko kehamilan karena anak perempuan yang menikah dini biasanya memiliki otonomi terbatas untuk memengaruhi pengambilan keputusan.

Adapun faktor lain yang berkontribusi terhadap tingginya kasus kehamilan remaja di Indonesia antara lain adalah terbatasnya akses terhadap pendidikan seksual yang komprehensif yang menyebabkan remaja terjerumus dalam perilaku seks bebas, rendahnya pengetahuan tentang kontrasepsi, tekanan budaya, kemiskinan, dan rendahnya akses terhadap layanan kesehatan reproduksi yang berkualitas. 

Mencegah kehamilan dikalangan remaja dan mortalitas dan morbiditas terkait kehamilan merupakan dasar untuk mencapai hasil kesehatan yang positif sepanjang perjalanan hidup dan penting untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

(Shutterstock via Kompas.com)
(Shutterstock via Kompas.com)

Kehamilan remaja terjadi akibat perilaku seksual baik sengaja maupun tidak sengaja. Pada usia tersebut usia seorang perempuan belum siap secara fisiologis dan psikologis, dan tanpa mereka sadari dengan tindakan menikah diusia muda, banyak sekali berbagi macam masalah kesehatan yang akan terjadi salah satunya adalah masalah kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial, yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi. 

Dampak fisik kehamilan pada remaja menurut WHO yakni kehamilan pada usia remaja dapat meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan dan persalinan, kesehatan bayi yang dilahirkan oleh remaja memiliki risiko yang lebih tinggi untuk lahir dengan berat badan rendah, pertumbuhan terhambat, dan risiko kematian neonatal. Hal ini disebabkan karena kurangnya asupan gizi yang dibutuhkan ketika hamil untuk perkembangan janin dalam kandungan dan remaja yang mengalami kehamilan berisiko tinggi untuk menghadapi kehamilan berulang, kehamilan tidak diinginkan, dan risiko infeksi menular seksual, seperti chlamydia dan HIV. Ketika wanita yang terinfeksi penyakit ini hamil, akan ada risiko infeksi dalam rahim dan terganggunya pertumbuhan janin.

Kehamilan remaja juga memiliki dampak negatif pada aspek sosial remaja, termasuk stigma dan diskriminasi. Remaja yang mengalami kehamilan dapat mengalami masalah dalam pendidikan dan pekerjaan, dan dapat mengalami kesulitan dalam membentuk dan mempertahankan hubungan interpersonal yang positif. Dampak sosial menurut WHO yakni pendidikan terganggu, keterbatasan peluang pendidikan dan pekerjaan (Merrick T., 2015), stigmatisasi social, penolakan dan kekerasan oleh pasangan dalam pernikahan (UNFP, 2013), orang tua dan suami (UNFPA, 2015).

Selain mengalami dampak fisik dan sosial, kehamilan remaja juga berdampak terhadap psikologi remaja. Dampak psikologis pada kehamilan remaja adalah respon lingkungan terhadap kehamilan yang dialami oleh remaja dimana baik pasangan, keluarga, ataupun tetangga yang tidak mengetahui kehamilan dari remaja terutama yg belum menikah. Selain itu kesiapan menjadi seorang ibu tidak sepenuhnya disiapkan oleh remaja, dapat dibuktikan dari remaja yang merasa terganggu dengan kehamilannya hingga masih bingung bagaimana kelangsungan hidup mereka setelah bayinya lahir. World Health Organization (WHO) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengemukakan dampak mental dan emosional dari kehamilan remaja seperti stress, tekanan psikologis, rendahnya harga diri, risiko depresi dan kecemasan.

Untuk menekan dan menghindari masalah ini diperlukan keterlibatan semua pihak, baik keluarga, pendidik, masyarakat maupun pemerintah. Oleh karena itu, ada kecenderungan perilaku seksual tidak sehat di kalangan remaja semakin meningkat. Disinilah peranan keluarga dan pendidik sangat penting, sedangkan peran nakes tak kalah penting dalam menimalisir kemungkinan yang akan terjadi kepada ibu dan calon bayi yang sudah terlanjur hamil di bawah usia 20 tahun, dan tentu saja dalam penanganannya perlu berkolaborasi dengan dokter dan ahli lainnya, untuk menghasilkan pelayanan yang komprehensif dan sesuai kebutuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun