Banyak orang menjadikan bulan ramadan sebagai bulan ibadah. Mereka rela bekerja penuh waktu selama sebelas bulan penuh dan kemudian memilih fokus beribadah selama ramadan. Mereka tidak ingin kekusyukan mereka beribadah terganggu oleh urusan duniawi. Karena itu, mereka mempersiapkan sudah jauh hari, baik persiapan fisik maupun dukungan finansial. Sebab, seperti kita tahu, selama ramadan, pengeluaran jauh lebih besar dari bulan-bulan biasa. Perlu persiapan yang cukup matang.
Namun, bagi sebagian lagi, bulan ramadan tidak membuat mereka berhenti bekerja. Di bulan yang penuh berkah, mereka juga mencari keberkahan: ada yang berjualan takjil, mengambil pekerjaan ekstra, atau mencari sumber pendapatan lain di luar gaji rutin yang mereka dapatkan tiap bulan. Hal itu mereka lakukan untuk menjaga agar finansial tetap sehat selama ramadan.
Coba berkeliling kota di tempat masing-masing kita tinggal, antusiasme masyarakat mencari pendapatan sampingan selama ramadan, jauh lebih bergeliat di bulan ramadan. Sebab, ada banyak kebutuhan yang harus mereka penuhi terutama untuk menyambut hari lebaran: biaya mudik, membeli baju baru, menyediakan kebutuhan di hari raya. Tunjangan hari raya (THR) yang mereka terima dari kantor atau tempat kerja (bagi yang sudah bekerja) tentu tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan selama ramadan atau pada hari lebaran.
Selama ramadan, kita harus lebih selektif dan terukur, dalam membelanjakan uang. Kita harus benar-benar mampu membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Jangan sampai gara-gara mementikan keinginan, kita menjadi lupa akan kebutuhan. Kita mesti mendahulukan kebutuhan, alih-alih memperturutkan keinginan. Sebab, yang namanya keinginan tidak pernah memiliki titik batas. Mendahulukan keinginan lebih sering membuat kondisi keuangan seseorang menjadi tidak sehat dan terkendali.
Lalu, bagaimana menjaga agar finansial tetap sehat selama ramadan? Tentu, masing-masing kita, memiliki kiat dan cara tersendiri. Hanya saja, kita harus memastikan bahwa pengeluaran harus lebih sedikit dari jumlah pendapatan. Sebab, jika pengeluaran terlampau besar, lebih besar dari pendapatan, sudah dapat dipastikan bahwa finansial tidaklah sehat.
Saya bukan penasehat finansial, tapi saya tahu, bahwa salah satu cara menjaga agar finansial tetap sehat terutama di bulan ramadan adalah memperbanyak sumber pendapatan dan passive income. Setidaknya begitulah cara para miliarder menjaga agar mereka tetap dapat tidur dengan nyenyak. Memiliki banyak sumber pendapatan menunjukkan bahwa kondisi keuangan seseorang itu sehat. Mereka tidak perlu pusing ketika satu atau dua sumber pemasukan macet, karena ada banyak sumber lain untuk menutupi sumber yang macet tersebut.
Kita pun harus memiliki passive income untuk menjamin agar keuangan kita baik-baik saja. Seperti kita tahu, passive income memiliki beberapa manfaat, di antaranya:
- Mendapatkan penghasilan tambahan tanpa perlu terus-menerus bekerja. Passive income bisa menjadi sumber pemasukan lain yang bisa diandalkan.
- Menambah kebebasan finansial. Dengan passive income, Anda bisa memiliki lebih banyak dana untuk mewujudkan keinginan atau mencapai tujuan keuangan.
- Menyediakan dana cadangan. Passive income bisa menjadi bantalan keuangan saat menghadapi situasi tidak terduga, misalnya kehilangan pekerjaan.
- Mempersiapkan masa depan. Passive income dapat membantu Anda mencapai kemandirian finansial di masa pensiun.
Nah, pertanyaannya sekarang adalah bagaimana saya menjaga finansial tetap sehat selama ramadan? Ada beberapa strategi yang saya terapkan.
Pertama, bekerja lebih keras dari sebelumnya. Sebagai seorang penulis dan blog writer, saya mencari beberapa media atau platform yang membayar kreator konten. Memang honor dari menulis tidak seberapa, tapi cukup sebagai dana cadangan yang bisa diandalkan ketika sangat mendesak.
Kedua, melakukan scalping kripto. Sebagai kreator konten di Steemit, saya mulai akrab dengan dunia kripto (cryptocurrency) ada medio Juli 2016. Saat itu saya menulis konten di platform Steemit dan kita dibayar dalam bentuk tokens: Steem dan Steem Dollars (SBD). Tokens yang kita terima itu bisa kita konversi ke Bitcoin atau Ethereum dan kemudian kita tarik dalam bentuk rupiah. Sejak itu saya mulai jatuh cinta dengan dunia kripto dan melakukan trading kripto secara kecil-kecilan. Dapat cuan sedikit sudah lebih cukup.