Mohon tunggu...
Kang Mizan
Kang Mizan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I. email: kangmizan53@gmail.com

Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Antara Merdeka Belajar dengan Soft Skills Karyawati UU Omnibus Law

8 Maret 2020   19:08 Diperbarui: 8 Maret 2020   19:08 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nadiem (kiri) dan Aulia Maulida (kanan) 

Selamat untuk Aulia Maulida Putri Indonesia 2020. Putri wakil Jatim ini berhasil menyisihkan lima finalis lain dalam malam final Putri Indonesia 2020 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Sabtu , 6 Maret 2020.

Terkini ada beberapa artikel Kompasianer terkait ajang malam final Putri Indonesia 2020 tersebut. Semuanya menyinggung soal seorang finalis, Kalista, yang grogi alias gugup dan beberapa kali salah dalam penyampaian sila-sila Panca Sila. Penulis juga, semalam sempat mendengar seseorang yang membuka kanal YouTube terkait momen lucu salah mengucapkan sila-sila Panca Sila. 

Jujur saja, walaupun penulis sudah beberapa kali mengikuti program Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Panca Sila (P4) di zaman Pak Harto, dan mendengarkan pembacaan Pancasila pada upacara bendera setiap tanggal 17, bisa saja salah jika secara tiba-tiba diminta untuk membacakan sila-sila Pancasila tersebut.

Dengan demikian, seharusnya kesalahan seorang finalis tersebut tidak dijadikan pertimbangan utama dalam penentuan pemenang. Bagi penulis di ajang bergengsi seperti pemilihan Putri Indonesia ini unsur hafalan sebaiknya dikurangi atau bahkan dieliminasi sama sekali. Unsur pemahaman atau lebih umum lagi unsur kognitif sebaiknya lebih diprioritaskan.  

Misalnya, terkait isu Panca Sila pertanyaan yang diajukan sebaiknya bukan yang hafalan tetapi pemahaman, atau, lebih luas lagi substansi kognitif. Bisa saja yang ditanyakan unsur pengetahuan (knowledge), atau, pemahaman (comprehention), atau, penerapan (aplication), atau, analisa (analysis), atau, sintesa (sinthesis), dan/atau evaluasi (evaluation).

Misalnya, terkait isu penerapan bisa saja juri menanyakan harapan finalis tersebut atas kemudahan untuk beribadah bagi kaum perempuan pada fasilitas umum seperti di mal, terminal bis, stasiun KA, Bandara, dan lain sebagainya. 

Bisa juga yang sedikit lebih berat terkait Isu SARA. Misalnya, perlu tidaknya kewajiban atau larangan menggunakan jilbab jika sedang bekerja.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, penulis yakin jika ditanya tentu akan menjawab tidak setuju dengan pola hafalan terkait Panca Sila tersebut. Mas menteri yang flamboyan ini tentunya akan mengusulkan pertanyaan-pertanyaan yang bernuansa kognitif.

Mungkin Anda masih ingat beberapa waktu yang lalu Nadiem pernah mengatakan akan merombak pola hafalan dalam dalam sistem pendidikan kita. Sistem yang sedang dikembangkan Beliau berbasis Merdeka Belajar yang lebih menekankan prinsip kognitif.

Lebih jauh lagi, penyandang gelar MBA dari Amerika Serikat ini mengatakan bahwa prinsip Merdeka Belajar ini  sangat ampuh dalam mendongkrak kualitas SDM baik sebagai entrepreneur maupun tenaga kerja yang handal yang dengan pasti dapat mencapai puncak CEO.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun