Mohon tunggu...
Kang Mizan
Kang Mizan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I. email: kangmizan53@gmail.com

Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Santai Mengusik Para Decision Makers

29 Juli 2019   11:17 Diperbarui: 22 Agustus 2019   12:57 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasiana dan Kompasianer memang keren. Tayang 7/24 dengan daftar kategori artikel yang panjang dan lengkap.  

Namun, aduh sedihnya jika artikel kita hanya mendapat beberapa puluh klik saja. Sebaliknya, ahh lega dan senengnya jika artikel kita mendapat apresiasi HL dengan klik yang ribuan, serta dengan riuhnya rating dan komen plus diskusi yang intens. Kebersamaan terasa semakin merekat.

Lebih seru lagi jika artikel kita dibaca oleh para decision makers. Satu diantara ratusan artikel saya, dengan akun Almizan Ulfa, sekarang menggunakan akun Almizan53, pernah dikritik dengan pedas oleh Staf Ahli Menteri di suatu Kementerian Negara. 

Beberapa waktu yang lalu ada artikel Kompasianer yang mengkritik Menkeu Sri Muljani atas persetujuannya untuk menaikan tunjangan cuti Dewan Direksi dan Dewan Pengawa BPJS. Hari ini Kompas.com, klik disini,  tayang artikel dengan judul "Direksi dan Pengawas BPJS Kini Hanya Dapat THR, 7 Tunjangan Lain Dihapus." Kenaikan tunjangan cuti tersebut bukan saja dibatalkan tetapi bahkan termasuk dalam 7 tunjangan yang dihapus.

Artikel dengan apresiasi HL Kompasiana ini mendapat lebih dari 7.000 klik dan Staf Ahli Menteri Kabinet tersebut langsung menelpon pimpinan instansi tempat kerja penulis, yang waktu itu penulis masih aktif sebagai Peneliti Kementerian Keuangan R.I. Penulis sudah pensiun sejak September 2018 yang lalu.

Sangat menggembirakan, Bos yang sebelumnya adalah Profesor PTN terkemuka di Jakarta langsung menelepon penulis di hari libur, Sabtu pagi rasanya, dengan tone yang lembut dan sangat bijaksana. 

Selain itu dan ini inti percakapan kami di hari Sabtu yang sejuk dan indah itu, Beliau tidak menganjurkan agar artikel tersebut dihapus atau di revisi tetapi perlu ditambahkan disclaimer bahwa artikel Kompasiana tersebut merupakan hasil analisis dan opini pribadi, yang tidak perlu identik dengan posisi instansi tempat kerja penulis.

lihat juga: Simalakama Ignasius Jonan Vs Freeport Indonesia

Yang lebih seru lagi adalah artikel yang ditayangkan oleh Kompasianer yang lain. Artikel yang juga mendapat apresiasi HL dari Kompasiana serta mendapat lebih dari 255.000 (dua ratus lima puluh lima ribu) viewers dan... lebih keren lagi ...dibaca juga oleh beberapa Pejabat Tinggi Negara setingkat Direktur Jenderal. 

Chatting yang seru antara Beliau dengan para peneliti yang lain termasuk penulis pada WAG Asosiasi Peneliti Indonesia (Himpenindo) cenderung menyimpulkan bahwa Penulis Cilik yang dimaksud oleh artikel Kompasianer kita itu benar telah melakukan kesalahan literasi fatal PLAGIARISM. 

Penulis yakin artikel Kompasiana tersebut dibaca juga oleh RingOne Jokowi. Mereka tentunya memberikan sanksi, baik langsung maupun tidak langsung,  pada seseorang dan/atau Tim Seleksi yang sudah meloloskan Artikel Penulis Cilik tersebut untuk mendapatkan penghargaan dan beberapa hadiah besar langsung dari Presiden Jokowi.

Walaupun demikian, hadiah tersebut tidak dibatalkan. Penulis Cilik tersebut juga tidak dikenakan hukuman, sepanjang yang penulis ketahui. 

lihat juga: Drama "Dugaan" Plagiarisme Afi Nihaya Faradisa

Mungkin ada beberapa, atau bahkan banyak, artikel Kompasianer yang lain yang bahkan lebih seru dan lebih menggigit dibandingkan dengan dua artikel yang diangkat diatas. 

Sayangnya, penulis belum beruntung menemukannya dan akan sangat bermanfaat jika ada yang dapat menyajikan benang-bebang merah artikel (-artikel) termaksud. 

Di sisi lain, penulis yakin lebih banyak dan bahkan sangat-sangat banyak, yang bisa mencapai puluhan ribu, artikel Kompasianer yang lain yang gagal mendapat apresiasi HL dan/atau klik yang besar. Dapat juga,  kelompok artikel ini mendapat appresiasi HL dan klik besar namun sayangnya gagal terbaca dan/atau dapat mempengaruhi para decision makers, jika tujuan artikel itu memang demikian. 

Sekarang kita sampai pada substansi inti dari artikel ini. Kita, katakanlah,  menginginkan ada beberapa artikel terdahulu kita, dan, yang lebih penting lagi artikel kita yang akan datang, dapat didengar dan/atau dapat mempengaruhi para decision makers. Bagaimana cara nya? Banyak cara frens untuk mencapai niat baik dan mulia ini. 

lihat juga:  Suara Kompasianer Ini Didengar Bupati Bogor, klik disini.

Banyak cara yang dapat kita kerjakan bersama dalam pola orkestra yang apik agar Artikel Kompasiana kita terdengar oleh para decision makers. 

Pertama, yakini dan konfirmasi. Kita terlebih dahulu perlu yakin bahwa artikel ini memang layak untuk konsumsi para decision makers. Mungkin untuk sampai ke tahap ini kita perlu konfirmasi dulu dengan penulis. Mungkin juga kita perlu memberikan saran dan kritik perbaikan. 

Kedua, share artikel termaksud di berbagai sosial media seperti di facebook, twitter, link, WAG, inlinked, dan lain sebagainya. Katakanlah artikel kita dishare oleh 10 Kompasianer ke 10 akun facebook masing-masing dan jika masing-masing itu menghasilkan 10 viewer juga, maka artikel kita sudah mendapat tambahan 100 viewer. 

Pertambahan viewer akan berlipat ganda kembali jika masing-masing Kompasianer tersebut membagikan artikel ini Sosmed yang lain. 

Resharing dan resharing kembali jika memang diperlukan. Buat tayangan slide dan kartun, di FB misalnya, juga jika dirasakan perlu.

Sangat-sangat seru jika artikel kita viral juga di media online dan menjadi trending topik di televisi dan Radio FM. Seru sekalee jika ada Kompasianer yang dapat tampil di Tv dan/atau Radio FM.

Dalam kondisi seperti ini pesan pokok yang ada di artikel kita tersebut pasti terdengar oleh para decision makers.

Lihat juga: Cara Jitu Membongkar Kartel Politik


Yes we can.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun