Yang miskin yang boros: Perbedaan kampanye Presiden USA dengan
kampanye Presiden Indonesia
Almizan Ulfa
Peneliti Utama Kementerian Keuangan RI
·Pendahuluan
Saya cukup lama tinggal di USA dan berkesempatan secara langsung menyaksikan proses kampanye Pilpres disana pada Era Bush Ssenior dan Era Bill Clinton, serta termasuk aktif mengikuti kegiatan kampnye Obama walaupun dari jauh. Berdasarkan pengalaman tersebut saya coba secara spontanitas (just popping up from my head) untuk membandingkan perbedaan kampanye di negara Paman Sam tersebut dengan yang ada di Bumi Pertiwi yang kita cintai ini.
·Beban APBN
Saya mulai dari beban APBN untuk Pilpres tersebut. Rasa-rasanya beban APBN yang sekitar Rp8 triliun tersebut sangat tinggi. Biayanya hampir sama dengan biaya pembangunan double track KA Jakarta-Surabaya. Juga, ada untuk pos-pos pengeluaran yang janggal yang seharusnya tidak perlu ada. Misalnya, KPU membayar stasiun TV yang menyiarkan debat Capres/Cawapres. Sebaliknya, di USA, KPU mereka bukan saja tidak perlu membayar tetapi bahkan dapat uang (media tv membayar) untuk memperoleh hak penyiaran debat tersebut. Kejanggalan seperti ini memang sering terjadi di Indonesia. Misalnya, Ahok komplain berat atas kebiasaan DKI terdahulu yang perlu membayar ratusan miliar rupiah untuk dapat berpartisipasi dalam arena Pekan Raya Jakarta walaupun DKI juga sudah membayar EO untuk penyelenggaran kegiatan pekan raya tersebut. Juga, sewaktu SEA Games di Palembang, Pemerintah harus mengeluarkan biaya ratusan miliar kepada TV untuk dapat menyiarkan kegiatan Sea Games tersebut.
·Penentuan pemenang
Di Indonesia dapat dikatakan penentuan pemenang berdasarkan one man one vote, satu orang satu suara. Jika 50% plus satu suara diperoleh oleh pasangan Capres, maka tinggal menambahkan perolehan minimal 20% di 17 provinsi dari 33 provinsi yang ada sekarang ini. Di USA tidak demikian, penentuan pemenang didasarkan atas wilayah pemilihan. Tujuannya adalah agar pemerintah pusat memberikan perhatikan yang sama untuk seluruh wilayah mereka. Secara sederhana, misalnya, di USA, hanya ada tiga wilayah pemilihan, yang masing-masing sangat berbeda luas wilayah dan jumlah penduduknya tetapi diperlakukan sama oleh pemerintah pusat. Capres yang menang di dua wilayah dari tiga wilayah tersebut ditetapkan sebagai pemenang dan akan dilantik di Gedung Putih.
·Waktu kampanye
Masa kampanye mereka panjang sekali dibandingkan dengan Indonesia. Di USA masa kampanye sekitar 7 triwulan atau 21 bulan dan Indonesia kurang dari satu bulan. Waktu yang panjang tersebut dimaksudkan agar masyarakat memahami betul arah pemerintahan masing-masing Capres dan kemungkinan program tersebut dapat dicapai. Selain itu, masa yang panjang demikian dapat memberikan waktu yang cukup bagi rakyat untuk memahami masa lau Capres yang maju saat ini.
·Pola Debat di TV
Pola debat TV disana sangat hidup dan mendapat perhatian rakyat yang sangat besar. Moderator terpilih adalah orang yang sudah biasa muncul di TV, ia dipilh langsung oleh stasiun TV tersebut, menguasai substansi debat, dan....yang terpenting tidak demam panggung seperti moderator debat Capres kita. Moderator leluasa untuk memberikan pertanyaan secara spesifik sepanjang masih dalam koridor thema yang sudah diberitahukan terlebih dahulu ke masing-masing Capres. Saya masih ingat sedikit waktu debat antara Capres Bush Senior dengan Michael Dukakis. Isu yang diangkat adalah masalah sosial religius dan moderator memilih topik aborsi. Moderator menanyakan pendapat masing-masing apakah setuju dengan Choice atau Pro-life. Choice maksudnya terserah masing-masing individu apakah akan aborsi atau tidak. Artinya Capres terpilih akan melegalkan aborsi. Sedangkan Pro-life artinya aborsi dilarang UU dan aborsi merupakan kegiatan yang illegal (haram).
Di kita topik yang “dibacakan” oleh moderator (sudah ditetapkan oleh KPU) cenderung umum sekali, membosankan dan jawabannya juga cenderung normatif. Tidak diangkat isu-isu yang sangat penting bagi bangsa ini seperti isu buruh migran (TKI/TKW) yang tidak mendapat gaji selama bertahun-tahun, yang dikenakan hukuman cambuk, yang disiksa hingga catat seumur hidup, dipancung, diperkosa, disodomi, diperlakukan seperti binatang, dan lain sebagainya. Juga, tidak diangkat isu spesifik tentang bagaimana meningkatkan pendapatan rakyat yang saat ini sangat rendah. Juga, tak kalah pentingnya bagaimana cara mengatasi kerusakan dan kemacetan jalan-jalan raya di perkotaan dan kerusakan parah jalan-jalan daerah terutama jalan desa.
·Dana kampanye
Dana kampanye Capres dikumpulkan dari sumbangan masyarakat dan dana dari Capres relatif sangat kecil yang digunakan hanya untuk logistik dasar. Presiden Obama, misalnya, berhasil mengumpulkan dana kampanye sekitar Rp8 triliun. Di Indonesia, dana dari masyarakat ini sangat kecil, jika ada.
·Penutup
Tulisan ini diusahakan akan diupdate secapatnya. Cheers. Alu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H