Mohon tunggu...
Almizan Ulfa
Almizan Ulfa Mohon Tunggu... Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan RI -

Just do it. kunjungi blog sharing and trusting bogorbersemangat.com, dan, http://sirc.web.id, email: alulfa@gmail.com, matarakyat869@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengurai Benang-benang Kusut BUMN

2 Juli 2017   15:10 Diperbarui: 14 Juli 2017   12:43 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kementerian BUMN

Stigma BUMN. Passages ini merupakan cuplikan dari buku penulis "Mengurai Benang-benang Kusut BUMN," yang akan terbit sekitar dua bulan lagi. Selamat membaca.

Stigma perusahaan negara (state owned enterprises) lebih kurang sama di seluruh dunia. Merugi tetapi terus mendapat suntikan dana segar dari pemerintah. Kasus BUMN Sri Lanka, misalnya, dilaporkan Asian Tribune (2015). Disini dirilis berita dengan judul "Loss making 4 State Owned Enterprises are to receive RS.185 Billion to be Self-Financed." Disini antara lain dilaporkan:

"Many of the SOEs were making losses for the last several years. Commercial operations of energy, aviation.....have ended up with losses.              CPC has an accumulated debt of Rs 234 billion......while... the government will make a capital...infusion of Rs 65 billion to the Water Board,....by way of Treasury bonds."

Kasus yang serupa juga menjamur di Cina. Financial Times (2016), misalnya, menulis "China's state-owned zombie economy." Disini antara lain dilaporkan:

"Cosco is a vivid example of the problems facing China's inefficient and debt-ridden state-owned enterprises. Excluding one-off items, the company lost Rmb3.8bn ($580m) in the first nine months of 2015. Itsnet debt-to-equityratio,....,.....but at SOEs they can keep getting bank loans or government support."

Potret miris BUMN juga dapat kita temukan di India. Madhura (2016), misalnya, menulis:

            "India's government-owned firms are bleeding.About 157 central public sector enterprises         have accumulated losses worth Rs1.1 lakh crore ($16.5 billion) as of 2014-15. ....It doesn't end     at the losses. Out of the 157 firms, which have accumulated losses, the net worth of 64      companies is completely eroded. This means they're essentially worth nothing. ...Instead, the   government reportedly wants to create aholding companywith all public sector enterprises         in order to make selling stakes in them easier."

               Sekarang kita lihat kasus BUMN Indonesia. Kita mulai dulu dengan kasus BUMN-BUMN yang mengalami kerugian kronis dan berulang kali diselamatkan oleh pemerintah dengan suntikan dana segar Penyertaan Modal Negara (PMN). Periode observasi yang digunakan cukup panjang yaitu 2008 -- 2014, atau, 7 tahun dan ini hampir satu windu.

               Dalam periode observasi ini terdapat 33 BUMN yang menderita rugi minimal tiga periode dan nilai kerugian dari 33 BUMN itu adalah Rp68.3 triliun. Dari jumlah ini 81 persen berasal dari empat perusahaan dan nilianya adalah Rp55.0 triliun. Keempat BUMN itu adalah PT PLN (Rp42 triliun), PT Merpati Nusantara Airlines (Rp6 triliun), PT Garuda Indonesia sebesar Rp4 triliun, dan PT Krakatau Steel (Rp4 triliun).

Kesemua 33 BUMN itu minimal satu kali diselamatkan oleh pemerintah dengan suntikan dana segar PMN dan ini ada 11 BUMN. Yang dua kali diselematkan dengan dana PMN ada 7 BUMN, tiga kali 10 BUMN, 5 kali 2 BUMN, dan enam, sepuluh, serta lima belas kali masing-masing ada 1 BUMN. Nilai keseluruhan dana PMN itu adalah Rp63,4 triliun. Dekat sekali dengan angka Rp68.3 triliun yang merupakan nilai kerugian kumulatif ke 33 BUMN tersebut.

Any comment is welcomed. Komen yang menarik akan menerima hadiah satu eksemplar buku ini. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun