[caption id="attachment_417627" align="aligncenter" width="1080" caption="So pretty so colourful"][/caption] sumber: Asian African Conference Commemoration Indonesia 2015, situs resmi panitia penyelenggara.
Bahwa HUT KAA60 Bandung sangat meriah umumnya sudah diakui secara internasional. Bahwa Bandung mengundang seribu pesona juga sudah diakui secara meluas serta sebagian besar penulis dalam Blog Competition ini juga mengangkat hal yang serupa. Namun demikian, hampir tidak ada penulis dalam Blog Competition ini yang khusus menyoroti masa depan Pesona Bandung dan Indonesia Travel
Ke depan, tentunya yang kita inginkan adalah imbas berkah melimpah dari HUT KAA60 ini yang dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo yang dilengkapi dengan gelar napak tilas jalan kaki dari Hotel Savoy Homan ke Gedung Merdeka di Jl. Asia Afrika, Bandung. Kita tentu saja menginginkan agar event akbar internasional ini merupakan reinkarnasi dari gelora heroic Bandung lautan api..menjadi gelora Bandung dan Indonesia Travel terpopuler di dunia.
Kita menginginkan agar tetap berlanjutnya semangat hamparan warna warni lampu, gambar, poster, dan berbagai atribut KAA termasuk bendera-bendera dari 86 negara peserta yang memadati jalan-jalan protokol Kota Bandung.Kita menginginkan agar suasana semua hotel termasuk home stays yang fully booked ketika KAA ini digelar di Jakarta dan Bandung 19 – 24 April 2015 juga ever lasting. Kita menginginkan agar gerai-gerai garmen, alas kaki, kerajinan, dan asesories yang dipadati pengunjung sejak pagi hari hingga larut malam juga terus berlanjut. Kita menginginkan agar antrean yang panjang di berbagai gerobak nasi goreng, warung sate dan soto, rumah makan, dan resoran terus berlanjut. Akhirnya tentu saja kita mengharapkan agar berkah melimpah bagi mereka semua dan juga bagi berbagai pedagang asongan, karyawan travel, dan banyak lagi yang lainnya terus berlanjut….ever and forever.
Peluang untuk itu tentu saja terbuka lebar. Tetapi, kita juga perlu menyadari bahwa tantangannnya bukan saja tidak sedikit tetapi juga banyak dan bukan yang kecil-kecil. Mari kita lihat berbagai peluang, tantangan dan solusi yang dapat kita tawarkan
[caption id="attachment_417632" align="aligncenter" width="800" caption="Presiden Joko Widodo (Jokowi) & Delegasi KAA60 Bandung"]
Melihat Potensi Peningkatan Visit Bandung dan Indonesia Travel.
Kita bisa melihat potensi peningkatan visit Bandung dan Indonesia travel dari beberapa aspek. Misalnya dengan mengevaluasi bagaimana posisi kunjungan wisatawan ke Indonesia dibandingkan dengan yang ke negara-negara tetangga terdekat seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Atau, dengan yang agak dekat tetapi masih dalam kawasan ASEAN seperti Myanmar, Kambodja, Vietnam dan Laos. Bahkan dapat juga dengan yang masih dalam zona ekonomi Asia dan Pasifik.
Sumber: Data arrivals, ASEAN Secretariat. 2015. http://www.asean.org/news/item/tourism-statistics, diolah dandiakses 5 Mei 2015.
Data kunjungan wisatawan.Grafik diatas memperlihatkan jumlah kunjungan wisatawan tahun 2013 ke negara ASEAN FIVE: Indonesia, Thailand, Singapura, Malaysia, dan Vietnam. Terlihat jumlah yang ke Indonesia relatif kecil dibandingkan dengan negara ASEAN FIVE yang lain kecuali Vietnam. Indonesia berada di posisi keempat dengan jumlah kunjungan wisatawan sebesar 9 juta orang. Vietnam sedikit dibawah Indonesia dan Thailand yang tertinggi. Jumlah kunjungan ke Thailand tiga kali dari yang ke Indonesia.
Dengan demikian, sebetulnya potensi peningkatan Pesona Bandung dan Indonesia Travel masih besar. Untuk itu, Pemerintah utamanya Kementerian Pariwisata perlu menggulirkan dan/atau berkoordinasi dengan berbagai K/L termasuk Pemerintah Daerah yang terkait untuk menciptakan kebijakan-kebijakan yang diperlukan.
Proyeksi pertumbuhan jangka menengah. PATA (Pacific Asia Travel Association) membuat proyeksi pertumbuhan destinasi wisata di kawasan Asia Pasifik. Hasil proyeksi mereka untuk periode 2014 – 2018 memperlihatkan ada lima negara yang diperkirakan akan berhasil mencapai pertumbuhan destinasi wisata tertinggi, yaitu: 1. Myanmar (Burma); 2. Thailand; 3. Kambodja; 4. Laos; dan 5. Bhutan. Disini terlihat bahwa Indonesia belum akan mencapai pertumbuhan destinasi wisata yang tinggi dalam periode jangka menengah. Proyeksi ini dapat menjadi aktual jika tidak ada upaya yang significant dari Pemerintah dan pemangku kepentingan utama yang lainnya untuk mengatasinya.
Catatan: Proyeksi rerata pertumbuhan tahunan. Sumber: Data proyeksi pertumbuhan, PATA, PPT. Asia Pacific Visitor, diolah.
Kendala-kendala Visit Bandung dan Indonesia Travel.
Kita dapat memilahdua kendala utama untuk memelihara momentum keriaan HUT KAA60 Bandung. Pertama adalah kendala infrastruktur fisik, dan, kedua, adalah kendala kebijakan publik. Kendala infrastruktur fisik mencakup masih lambatnya koneksi internet, masih buruknya kemacetan dan kerusakan jalan raya, dan masih lemahnya daya saing infrastruktur transportasi udara. Sedangkan kendala kebijakan publik mencakup kendala kebijakan yang terkait dengan sektor food and beverages.
Masih lambatnya koneksi internet kita. Jaringan internet kita tidak begitu baik di banyak lokasi bisnis dan destinasi wisata. Lambat sekali loading datanya. Sering kita frustasi ketika hendak transaksi online booking hotel dan pesawat udara, misalnya. Lebih frustasi lagi jika hendak mengakses berbagai live events, streaming tv, dan media sosial seperti Kompasiana, tweeter, facebooker, dan instgram. Layanan jaringan 4G juga masih sangat sangat terbatas.
Grafik dibawah ini memperlihatkan kecepatan koneksi internetdi Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Singapura (ASEAN FOUR). Juga disajikan data untuk Korea Selatan sebagai pembanding.
Catatan: rerata kecepatan koneksi (Mbps) menurut wilayah/negara Asia Pasifik
Sumber: Data kecepatan internet dari AKAMAI, diolah, diakses 30 April 2015.
Terlihat Indonesia masih menempati juru kunci dengan kecepatan koneksi internet hanya 25.8 Mbps. Singapura dengan kecepatan koneksi 83 Mbps berada pada posisi teratas. Kecepatannya adalah lebih dari tiga kali lipat Indonesia. Masih lambatnya koneksi internet kita ini jelas merupakan hambatan besar bagi perkembangan program Pesona Bandung dan Indonesia Travel.
Jika kita sungguh-sungguh berkomitmen untuk menggali semaksimal mungkin potensi Pesona Bandung dan Indonesia Travel patut kita suarakan ke Kementerian Komunikasi dan Informatika agar mengagendakan perbaikan-perbaikan sesegera mungkin. Kita perlu memilik jaringan internet yang bertaraf internasional untuk keberlanjutan Keriaan HUT KAA60 Bandung.
Masih buruknya sektor jalan raya dan transportasi umum Indonesia. Kita tentu menyambut hangat gagasan Presiden Jokowi untuk membangun jalur kereta api super cepat diatas jalan tol Jakarta-Bandung. Public sharing blue print gagasan ini penting sekali agar berbagai stake holder terkait dapat merespons dengan cepat dan akurat. Lebih jauh lagi, kita juga perlu suarakan agar adanya perbaikan jalan raya yang sesegera mungkin untuk ruas-ruas lain yang sudah mengalami kerusakan dan/atau kemacetan parah kronis.Katakan saja ruas Bogor-Sukabumi-Cianjur-Bandung. Lihat juga ruas Jakarta-Pandeglang-Anyer, yang juga merupakan lokasi destinasi wisata penting, yang kerusakan dan kemacetannya parah dan kronis. Lokasi-lokasi ini merupakan lokasi penunjang (complimentary) untuk Visit Pesona Bandung dan Indonesia Travel.
[caption id="attachment_417064" align="aligncenter" width="604" caption="Enjoying banana boat trail"]
Untuk lebih memperkuat suara kita tersebut adalah perlu untuk memperlihatkan bahwa kualitas infrastruktur jalan raya kita jauh tertinggal dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, misalnya, ASEAN FOUR dan dengan Korea Selatan. Data Global Competitiveness Index (GCI) 2015 memperlihatkan bahwa Indonesia berada di urutan bawah pada tingkat 72 dari 134 negara yang disurvei. Malaysia dan Thailand jauh diatas yang masing-masing pada tingkat 19 dan 50. Sedangkan Singapura dan Korea Selatan termasuk dalam ranking atas.
Sumber: Ranking, WEF, GCI, 2015. Diolah.
Masih rendahnya ranking transportasi udara kita. Data GCI, World Economic Forum (WEF), memperlihatkan bahwa daya saing transportasi udara Indonesia masih rendah sekali. Indonesia menempati urutan ke 64 dari 134 negara yang disurvei. Indonesia masih jauh dibawah Malaysia dan Thailand dan bahkan sangat sangat jauh dibawah Singapura. Kondisi ini kelihatannya memberikan andil penting terhadap masih lemahnya daya saing pariwisata kita dibandingkan dengan banyak negara ASEAN yang lain.
Tanpa adanya perbaikan yang significant, maka akan sulit sekali bagi Indonesia untuk dapat menggali secara optimal berbagai potensi Pesona Bandung dan Indonesia Travel.
Sumber; Data Ranking, GCI, WEF, 2015.
Kurang mendukungnya kebijakan di sektor kuliner dan food and beverages. Coba kita lihat kebijakan kuota impor daging sapi. Patut dipertanyakan ya tidaknya kebijakan ini atas mahalnya harga dan sedikitnya pasokan daging sapi yang berkualitas ke pasar-pasar tradisional.
Lihat juga itu kebijakan larangan impor buah apel Amerika. Katanya apel dari US dilarang karena mengandung pestisida yang berbahaya bagi kesehatan. Apa iya? Apa hal yang sama juga berlaku di negara-negara tetangga kita seperti Singapura dan Malaysia? Bukankah apel impor itu produk complimentary dan bukan produk competitor untuk apel lokal?
Perlu kita suarakan kepada Menteri Perdagangan untuk mempertimbangkan kembali berbagai kebijakan hambatan impor.Perlu dipertimbangkan penerbitan kebijakan hambatan impor alternatif yang menihilkan pemburu rente, yang melindungi produk lokal, dan yang sekaligus tidak menyakiti ekonomi rakyat seperti kegiatan Visit Pesona Bandung dan Indonesia Travel.
Kebijakan populis terkini yang digulirkan Kementerian Perdagangan adalah melarang penjualan minuman beralkohol di seluruh gerai mini market dan gerai-gerai sejenis. Larangan yang bersifat pukul rata ini merusak ekonomi rakyat dan pariwisata Indonesia. Saya setuju dengan Koh Ahok bahwa di beberapa tempat destinasi wisata dan/atau kalangan internasional larangan itu perlu dikecualikan demi memelihara kesempatan kerja dan Indonesia Travel. Lebih baik mereka bekerja di mini market yang juga menjual minuman haram dari pada terpaksa menjadi buruh migran, dizholimi dan yang banyak diperlakukan seperti budak, yang kemudian lebih miris lagi dapat berujung hukuman qishas.
Kontribusi Indonesia Travel untuk pengendalian buruh migran Indonesia.
Pemerintah Indonesia baru saja menerbitkan kebijakan untuk menghentikan (moratorium) pengiriman TKI ke 21 negara di Timur Tengah. Banyak yang menyambut hangat kebijakan ini. Namun demikian, banyak juga yang mengkhawatirkan munculnya beberapa ekses negatif besar yang mencakup potensi peningkatan TKI ilegal dan/atau peningkatan pengangguran dalam negeri.
Nah disinilah aspek penting lain dari keberlanjutan semangat Pesona Bandung dan Indonesia Travel. Seperti sudah dijelaskan diatas, sektor Pesona Bandung dan Indonesia Travel yang secara lebih umum lagi sektor pariwisata dan ekeonomi kerakyatan adalah sektor padat karya. Sektor ini menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar sekali. Ini berarti semakin baiknya pengelolaan sektor ini identik dengan semakin besarnya jumlah kesempatan kerja yang tersedia. Dengan demikian, alternatif yang tersedia bagi Pemerintah dalam rangka mengatasi potensi ekses negatif kebijakan moratorium itu adalah mengarahkan berbagai sumber yang tersedia untuk mempercepat perbaikan dan penyempurnaan Pesona Bandung dan Indonesia Travel secara lebih umum.
Follow me @almizanulfa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H