Mohon tunggu...
Almizan Ulfa
Almizan Ulfa Mohon Tunggu... Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan RI -

Just do it. kunjungi blog sharing and trusting bogorbersemangat.com, dan, http://sirc.web.id, email: alulfa@gmail.com, matarakyat869@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Riwayatmu Kini

3 Juli 2015   11:15 Diperbarui: 3 Juli 2015   11:33 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tadinya saya termasuk orang yang sangat berharap mantan Walikota Solo ini dapat mengantarkan Indonesia menjadi negara yang hebat. Namun, harapan menjelmanya Beliau sekelas dengan Mahathir Mohammad (Malaysia) semakin hari semakin menipis. Harapan itu kini hampir musnah, jika masih ada, karena Indonesia terbelit banyak masalah dan sedang terjun bebas kearah resesi ekonomi.

Apa yang salah dengan Beliau? Tidak ada saya kira. Saya masih tetap percaya akan keuletan, kecerdasan, kejujuran dan idealisme nya. Yang salah menurut saya adalah lingkungannya. Lingkungan demokrasi kita tidak begitu pas dengan orang baik dan jujur seperti Ir. Joko Widodo ini. Tepat jika kita katakan “a right man in the wrong settings.”

Idola kita ini bukan ketua partai. Beliau juga kelihatannya tidak dalam posisi in command baik untuk PDIP sendiri maupun untuk KIH. Lebih jauh lagi, KIH di DPR RI tidak berada dalam posisi mayoritas. Perlu kompromi banyak dengan KMP untuk selamat.

Settings seperti inilah yang menyebabkan orang yang semula kita harapkan merupakan reinkarnasi tokoh legendaris Bengawan Solo, Joko Tingkir, ternyata terpaksa menjadi Joko Mungkir. Banyak sekali janji kampanye yang dimungkiri. Ini pelajaran yang sangat berharga bagi perjalanan demokrasi kita. Yang begini-begini harus tidak terulang lagi.

Presiden terpilih haruslah orang kuat. Orang ini harus orang yang menjadi komandan partainya sendiri, atau, minimal, yang dapat menjadi komandan koalisi partainya.

Di banyak negara dibuat pengaturan yang sedemikiian rupa sehingga presiden terpilih pasti orang yang menguasai partainya. Dibuat pengaturan sehingga palemen bukan saja sulit sekali untuk menekan presiden tetapi juga bahkan hampir mustahil untuk menjatuhkannya.

Di Australia, dengan sistem parlementer, ketua partai pemenang pemilu legislatif otomatis akan menjadi perdana menteri. Hal yang persis sama juga berlaku di Jepang yang juga mengadopsi sistem parlementer.

Di Amerika Serikat, pemilihan presiden dilakukan secara tidak langsung. Presiden diplih oleh para elector yang hampir seluruhnya adalah caleg yang baru saja terpilih dalam pemilu raya disana. Caleg ini sebelumnya perlu deklarasi Capres mana yang akan dipilihnya jika kelak ia terpilih menjadi anggota kongres AS. Pemilihan presiden AS itu juga dilakukan secara terbuka dalam artian siapa yang dipilih oleh para elector tersebut terbuka bagi publik.
Mendesak untuk melakukan reformasi Pileg dan Pilpres sehingga Syndrom Jokowi tidak terulang lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun