Habibie dan Jokowi merupakan putera-putera terbaik Indonesia. Habibie adalah Presiden Indonesia pertama di Era Reformasi dan Jokowi adalah Presiden Indonesia dengan kharismatik yang sangat tinggi.
Jika Habibie jauh melampaui Jokowi dalam keahlian teknologi pesawat udara, maka Jokowi lebih ahli dalam melakukan maneuver politik. Jika Habibie mampu mengendalikan rupiah dan harga sembako, maka Jokowi diakui kesigapannya dalam pembangunan infrastruktur fisik dasar seperti jalan toll dan bandara.
Jokowi jelas kalah dibandingkan dengan Habibie dalam pengendalian harga sembako. Habibie, dalam masa pemerintahannya yang singkat, mampu mengendalikan harga sembako seperti beras, daging sapi dan daging ayam, serta minyak goreng. Yang lebih hebat lagi, pengendalian tersebut tanpa perlu merogoh kocek APBN. Dengan kata lain, kebijakan yang digulirkannya tidak memberikan tekanan fiskal yang berarti, jika ada.
Sebetulnya, Jokowi juga sudah berusaha maskimal untuk pengendalian harga sembako tersebut terutama menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Tapi, jalan yang diambilnya dan/atau oleh para menteri kabinetnya, berbeda dengan yang dilakukan oleh Habibie. Selain itu, kebijakan Jokowi harus merogoh kocek APBN dalam jumlah yang besar. Ini mencakup anggaran yang dikucurkan ke Perum Bulog sebesar Rp5 triliun dalam periode 2015 dan 2016, serta anggaran kedaulatan pangan 2016 sebesar4,2 trilun untuk tahun 2016.
Tapi…. harga terus merayap naik dengan respons yang beragam. Menteri Perdagangan menyatakan hal ini bersumber dari kurangnya koordinasi, Menteri Pertanian menyatakan ini adalah anomali (hal yang tidak lazim), Menteri Dalam Negeri memerintahkan agar pemerintah daerah membuat peta permasalahan, dan Presiden Jokowi sendiri menyatakan masih menunggu perkembangan dalam dua atau tiga hari mendatang. (Kompas 6 – 9 Juni 2016)
Ya, itulah adanya. Kita tunggu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H