Ketika ogut sarapan tadi pagi, mbok warung nyeletuk “koq beras mahal sekali ya pa. Dah Rp28 ribu. Ada apa ya?” Barangnya gak ada mbok, jawab ogut. Kurangnya pasokan beras ke pasar-pasar seperti pasar induk cipinang, otomatis akan memicu kenaikan harga.
Mata rantai pasokan kurang harga naik dan pasokan cukup harga stabil dah berjalan sejak dahula kala. Berlaku untuk semua komoditas dan jasa-jasa.
Peran pedagang-pedagang (saudagar) beras penting sekali. Mereka akan bereaksi secara cepat melihat pergerakan pasokan ini. Tanpa adanya hambatan buatan seperti monopoli dan perizinan perdagangan, harga umumnya akan stabil. Pemerintah tidak perlu menguras uang negara untuk menjaga stabilitas harga tersebut.
Bulog tidak mampu untuk melakukan stabilitas harga beras. Ini sudah terbukti sejak Orba hingga saat ini. Operasi pasar sudah terbukti berulang kali kegagalannya. Ketika perdagangan beras dilepas ke para saudagar beras dan hambatan perdagangan dicabut harga beras menjadi stabil secara alamiah dan pemerintah tidak perlu menerbitkan utang untuk menjaga stabilitas harga.
Kegagalan dan pemborosan keuangan negara untuk stabilitas harga beras melalui lembaga seperti Bulog sudah terbukti di banyak negara. Di negara-negara Amerika Latin dan Tiongkok, misalnya, ini pernah terjadi berulang kali dan sekarang sudah dihapus. Di Indonesia, pernah dihapus (tahun 2000an awal) tetapi muncul kembali (sejak 2004) walaupun masih dalam skim yang terbatas. Di Era Jokowi sekarang ini kembali melonjak. Pemborosan keuangan negara yang sia-sia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H