Mohon tunggu...
Almizan Ulfa
Almizan Ulfa Mohon Tunggu... Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan RI -

Just do it. kunjungi blog sharing and trusting bogorbersemangat.com, dan, http://sirc.web.id, email: alulfa@gmail.com, matarakyat869@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ini Sumber Kegalauan Pemilih Cerdas

1 Februari 2019   12:14 Diperbarui: 1 Februari 2019   12:35 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aura tahun politik terus menghangat. Spanduk, Baliho, stiker, dan APK Caleg dan Pilpres semakin riuh di berbagai lokasi strategis kota dan kabupaten. Aneka berita dan talk show terus bergulir di banyak stasiun TV sepanjang malam. Bersliweran posting pemilu di berbagai sosmed. Tapi….apakah ini akan efektif menghalau kegalauan para pemilih cerdas?

Penulis sangat ragu. Kenapa? Debat-debat di Tv cenderung sangat datar. Debat tersebut lebih bersifat normatif dan melenceng jauh dari pokok permasalahan yang sebetulnya sangat dibutuhkan publik tetapi hanya dipahami dan/atau dirasakan penting oleh pemilih cerdas.

Coba kita lihat tema korupsi. Pembicaraan umumnya tidak bergerak jauh dari narasi untuk lebih meningkatkan peran KPK. Ini jelas sangat mengecewakan pemilih cerdas sebab mereka paham betul drama-drama OTT KPK tidak berhasil meredam minat korupsi baik Caleg maupun kandidat kepala daerah.

Jika pola debat dan/atau talk show tersebut tidak ada perubahan mendasar, maka para pemilih cerdas termasuk emak-emak cerdas pasti Golput. Nyapekin aja dan yang miskin tetap miskin yang kaya mereka-mereka juga, itu kata emak-emak itu.

Narasi debat seharusnya menghujam tajam ke sumber utama korupsi yaitu APBN/APBD, Perizinan, dan BUMN. Perlu di cecar apa yang dapat dijanjikan oleh para kandidat Caleg dan Capres termaksud  untuk membrangus sumber-sumber korupsi termaksud.

JIka pola debat dan berbagai kegiatan talk show Tv dan radio berubah ke arah ini, maka para pemilih cerdas, yang tidak dapat dirayu dengan berbagai hadiah pemilu, hampir dapat dipastikan akan tidak Golput. Hal yang serupa berlaku juga untuk kaum milineal yang sebagian adalah pemilih pemula.

Perlu juga diingatkan bahwa pemilih cerdas, termasuk emak-emak dan genmil, sebetulnya menyadari bahwa langkah reformasi 97/98 sangat lamban. Arah untuk lebih baik nya kedaulatan rakyat masih sangat kabur. Saat ini, kedaulatan rakyat hanya ada di Pilkades. Di Pileg, Pilkada dan Pilpres kedaulatan partai lah yang sangat menonjol. Kedaulatan (petugas) partai yang sangat tinggi ada di Partai Keadilan Sejahterah (PKS).

Konsekuensinya, kepentingan partai dan golongan lebih diutamakan ketika sudah berkuasa nanti nya. Kepentingan umum di nomor berapakan.

Galau pemilih cerdas. Frustasi pemilih cerdas. Sakit hati pemilih cerdas… dan aneh bin ajaib jika masih ada pemilih cerdas yang datang ke kotak suara. Sangat rasional jika opsi yang terbaik bagi pemilih cerdas adalah Golput pada Pemilu serentak 2019 nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun