Betul riuh sekali postingan pasca debat perdana Pilpres 2019. Â Ya itu di WA ya itu di FB. Ulasan di Tv terus berlanjut hingga semalam, 30 Jan 2019. Sayangnya postingan yang seliweran di WA dan FB itu umumnya ecek-ecek. Ya tentang ngepek ya itu tentang joget dan pijat dan lain sebagainya. Tidak banyak postingan yang menyangkut isu strategis yang diperlukan untuk mambangun bangsa ini.Â
Walaupun demikian, ada secuil isu  yang bernuansa analitis strategis yang dapat kita temui di media online dan atau sosmed Online seperti Kompasiana, TirtoID, dan CNNI. Di CNNI.com ini saya sempat melirik analisis yang menarik dari pakar komunikasi politik UGM, Mada Sukmajati. Lihat https://www.bbc.com/indonesia/live/indonesia-46903645, diakses kembali pada 31 Januari 2019.
Pakar komunikasi politik ini misalnya mengatakan: "Debat capres perdana ini tidak mencapai intinya, dan narasinya masih terlalu di permukaan, tidak menghujam ke bawah menjawab kebutuhan masalah riil yang ada di masyarakat Indonesia." Selanjutnya..komen dari BBC.com atas opini Mada itu mencakup: "Dia menyayangkan pula banyaknya problem terkait hukum, HAM, korupsi dan terorisme yang terlewat dalam debat tersebut.Â
Penulis sepakat dengan pandangan Profesor UGM ini yang pada prinsipnya mengatakan bahwa debat perdana ini TIDAK bermutu. Penulis nelongso melihat hasil debat perdana ini yang menghabiskan miliaran rupiah uang negara tetapi kaku dan tidak menghujam dalam ke permasalahan haqiqi yang dibutuhkan oleh rakyat.Â
Sebagai contoh, misalnya, rakyat sudah jemu dengan drama OTT KPK tetapi korupsi tidak mereda juga. Bahwa ini memang demikian bisa dilihat dari niat untuk korupsi. Misal, Caleg untuk berhasil lolos ke Senayan perlu uang hingga 36 miliar rupiah menurut Mendagari Tjahjo Kumolo. Sudah menjadi rahasia umum bahwa jumlah duit yang tidak akan kurang dari itu, atau bahkan bisa mencapai triliunan rupiah, juga diperlukan oleh Paslon untuk memenangkan Pilkada.Â
Dari mana uang itu? Dari sumbangan masyarakat? Kita belum sampai disitu. Dari gaji dan berbagai tunjangan yang halal? Jelas sangat tidak memadai. Jadi? Â Tong hilap KORUPSI.
SEMUA substansi tersebut TIDAK TERSENTUH baik oleh Jokowi maupun oleh Prabowo. Â
Selanjutnya, ku rasakan bahwa rakyat menjerit melihat lulusan sekolah menengah hanya dapat pekerjaan sebagai tukang ojek dan OB dengan penghasilan yang sangat tidak manusiawi. Penulis melihat banyak sekali yang berurai air mata karena gagal menjadi ASN, TNI Polri, dan pegawai BUMN karena , umumnya, tidak ada uang dan/atau orang dalam.
Lagi-lagi...ITU SEMUA TIDAK TERSENTUH DALAM DEBAT PERDANA TERSEBUT.
Penulis ainul yaqin bahwa rakyat sangat mendambahkan perubahan. Rakyat mengharapkan siklus lima tahunan Pilpres dapat menghasilkan Paslon Presiden yang berintegritas dan memiliki kapasitas tinggi untuk membrantas korupsi, untuk menelingkung mafia impor, dan dapat menyediakan loker yang lebih banyak dan gaji yang lebih manusiawi.
Bolehlah kita berteriak penuhi harapan rakyat itu. Bongkar pola debat Pilpres sehingga rakyat dapat menelanjangi kedua Paslon tersebut. Bongkar pola debat Pilpres 2019 sehingga rakyat dapat dengan mudah melihat Jokowi atau Prabowo  yang menjadi dambaan untuk dapat mengendalikan korupsi, untuk berhasil menelingkung mafia impor, dan untuk dapat menyediakan kesempatan kerja yang lebih banyak dan dengan upah yang lebih manusiawi, dan seterusnya, dan seterusnya. Atau, dapat terlihat dengan jelas bahwa keduanya sami mawon... saruah kene.. ? Wis Golput ae... haaalal ....