Kemarin ada Kompasioner yang posting analisis tentang keterlibatan pihak asing, mungkin semacam US CIA, dalam mengorbitkan Jokowi menjadi Capres terpilih 2014. Ogut okay dengan sebagian dari opini ini. Pertanyaannya sekarang, mungkin yang terpenting, adalah seberapa intens tingkat intervensi agen-agen CIA tersebut?. Juga, adakah deal-deal yang dibuat sejauh ini?
Pertama, coba kita lihat beberapa fakta historis penting. Misalnya, lepasnya Timor Timur dari Indonesia, menurut quick count ogut dan banyak pendapat kolega yang lain tidak terlepas dari intervensi US dan Australia. Kedua negara adi kuasa ini berkemungkinan tidak saja mensupport beberapa informasi strategis tetapi juga membuat beberapa deal politik dengan Habibie. Jalur yang mereka tempuh mencakup jalur CIA dan jalur-jalur sosial ekonomi dan budaya yang lain.
Jika, kita mundur sedikit. Ogut pernah mendengar bahwa Soeharto banyak mendapat backups, paling tidak informasi tentang aktivitas Kolonel Untung dan PKI. Suplai informasi tersebut, menurut banyak sumber, ada publikasi dan/atau analisis nya yang dapat diakses rasa-rasanya, demikian intens menjelang terjadinya G 30 S PKI di tahun 1965. Letjen Soeharto ketika itu cepat sekali, kalau tidak hendak mengatakan sudah tahu sebelumya, lokasi tempat pengumpulan penculikan, pembunuhan, dan penguburan Para Jenderal Pahlawan Revolusi. Lokasi tersebut adalah Lubang Buaya (sekitar Taman Mini II sekarang).
Juga, jika diperkirakan Soeharto mendapat backups CIA untuk menjadi RI 1 hal sebaliknya juga terjadi. CIA juga menurut banyak analisis ikut berkontribusi menjatuhkan Soeharto. Misalnya, sewaktu menjelang lengsernya, Soeharto menerima pesan langsung dari Bill Clinton yang menanyakan kesehatan Xanana Gusmao yang waktu itu ditahan di Rutan Salemba.
Kita dapat mundur lebih jauh sedikit. Banyak informasi yang mengatakan bahwa kemerdekaan kita juga tidak lepas dari intervensi setan belang AS. Mereka berkepentingan agar Indonesia merdeka. Satu dan lain hal adalah deal-deal bisnis dan militer dengan Indonesia akan lebih mudah dan menguntungkan dibandingkan jika harus deal-deal dengan Dutch, yang sejak abad pertengahan sudah menjelajahi berbagai belahan dunia.
Ada temen yang bilang bahwa salah satu indikator bahwa Jokowi memang punya utang budi dengan agen-agen CIA adalah terkait dengan dengan isu-isu renegosiasi kontrak sumber-sumber ekstraktif (pertambangan) Indonesia. Terkesan tokoh kita ini sedikit lembek mengangkat isu ini ketika debat Capres dengan Prabowo.
Well, analisis dan ilustrasi yang sederhana. Semogah bermanfaat.
Merdeka!!! Indonesia hebat!!! Jangan patah semangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H