Mohon tunggu...
Almizan Ulfa
Almizan Ulfa Mohon Tunggu... Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan RI -

Just do it. kunjungi blog sharing and trusting bogorbersemangat.com, dan, http://sirc.web.id, email: alulfa@gmail.com, matarakyat869@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Jokowi Menjilat Ludah Sendiri? Tidak Dong! Kabinet Ramping yang Dimaksud Adalah Ini

15 September 2014   03:27 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:41 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi sore beberapa media merillis berita bahwa Kabinet JWJK berjumlah 34 Kementerian. Sama dengan Kabinet SBYB. Lantas ada yang nyeletuk Jokowi tidak konsisten dengan janji kampanye. Jokowi menjilat ludahnya sendirinya. Mmmm mungkin tidak begitu.

Rasa-rasanya semasa kampanye yang lalu, Jokowi hanya pernah berkata kabinet ramping, Beliau tidak menyebut jumlah. Dengan kondisi sekarang, mngkin Beliau berpendapat 34 Kementerian sudah sangat ramping. Bahkan, lebih besar dari 34, misal, 37, 39, dan 42, juga, dengan kondisi luasnya wilayah nusantara, masih bisa dikatakan ramping. Klo sudah mencapai 50 atau lebih besar mngkin baru dapat gendut!

Jadi, jelas dengan 34 kementerian tersebut tidak otomatis Jokowi menjilat ludah sendiri. Ya, salah reporter sendiri yang tidak menguber apa yang dimaksud ramping tersebut.

Juga, ada kolega kita, Kompasianer, yang menulis, kalau tidak salah, “Komitmen Swasembada Pangan Jokowi Yang Menakutkan.” Tersirat, komitmen swasembada pangan itu menurut kolega kita itu hampir mustahil dapat diwujudkan dan hampir dapat dipastikan Jokowi akan kembali menjilat ludahnya.

Nanti dulu. Maksud swasembada pangan menurut Jokowi mungkin berbeda dengan yang menurut kolega kita itu. Beliau mngkin berpikir bahwa 60% produksi dalam negeri dan 40% impor adalah swasembada pangan. Atau, satu tahun betul-betul nol persen impor tetapi ditahun-tahun yang lain impor, ya itu juga swasembada. Sedangkan kolega kita itu mungkin berpendapat swasembada pangan adalah nol persen impor paling tidak dalam perspektif jangka menengah!

Lebih jauh lagi, mngkin Beliau berpendapat bahwa isu swasemda itu hanya ada di pikiran para politisi dan pengamat ekonomi politik. Yang penting bagi rakyat adalah cukupnya pasokan pangan dan dengan harga yang stabil. Apa itu impor apa itu produksi dalam negeri bukanlah menjadi masalah. Dengan demikan, isu swasembada ini akan pupus dengan sendirinya.

Jika, nantinya di tahun-tahun mendatang kita tetap impor pangan maka tidak otomatis kita dapat mengatakan Jokowi kembali menjilat ludahnya. Akhhh itu seni permain kata. Kita perlu antisipasi kata-kata yang bersayap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun