Mohon tunggu...
Alfitriandes Miter
Alfitriandes Miter Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Suka mencoba sesuatu yg kira-kira berguna. Selama ini hanya membaca, membaca dan ... membaca. Ngga tau juga apakah ini waktunya menulis, coba dulu aja. Siapa tau b.e.r.g.u.n.a.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Yakin ! Tama Diserang Orang Yang Anti Pemberantasan Korupsi

11 Juli 2010   09:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:56 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tama Satrya Langkun, aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW) yang dianiaya oleh orang yang tak dikenal pada Kamis (8/7) yang lalu, dibesuk oleh para pejabat negeri ini. Tak tanggung-tanggung, selain dibesuk oleh beberapa pejabat publik, Tama juga dijenguk oleh orang no.1 di negeri ini alias RI-1. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendatangi RS Asri, Duren Tiga, Jaksel, tempat Tama dirawat pada Sabtu siang (10/7).

Tama, seorang aktivis ICW yang selama ini mungkin tak begitu dikenal publik seperti rekan-rekannya yang lain, tiba-tiba menjadi sangat penting bagi seorang Presiden. Dalam hal memberi simpati atau tanda ikut prihatin terhadap apa yang dialami Tama, bolehlah di tempelkan predikat salut kepada Presiden SBY. Bayangkan ditengah padatnya agenda kenegaraan dan kegiatan kepresidenan, Presiden masih berkesempatan menyempatkan diri untuk mengunjungi RS Asri yang barangkali selama ini entah pernah beliau datangi, hanya untuk membesuk seorang warganya yang bernamaTama.

Bukan bermaksud mengecilkan siapa seorang Tama Satrya Langkun, namun entahlah Presiden juga akan membesuk jika hal yang sama dialami oleh orang seperti Alfi Miter, seorang warga kelas sekian yang selain anggota keluarga, tetangga dan rekan tempat ia bekerja, namanya hanya dikenal oleh beberapa orang kompasianer. Dapat diduga bawa hal yang menimpa Tama menjadi penting karena ia adalah seorang aktivis ICW, lembaga yang dikenal sangat concern dan fokus terhadap gerakan anti korupsi di Indonesia. Namun tulisan ini tidak ingin membahas seberapa penting dan kenapa penting kunjungan itu bagi Presiden.

Penulis justru ingin meninjau “nilai” kunjungan SBY tsb dari sisi Tama sebagai pasien yang dikunjungi. Bahwa merupakan suatu hal yang tergolong istimewa, mendapat perhatian tambahan karena dikunjungi oleh orang yang sangat khusus, boleh jadi ia. Tapi apakah Tama mendapat “dukungan khusus” yang berkaitan langsung dengan kasus yang ia alami ? Sejatinya tentu Tama yang mengetahui.

Jika menyimak apa yang disampaikan SBY dalam pidatonya, rasanya sangat normatif dan bersifat umum dan hampir tidak ada yang berkenaan langsung dengan posisi Tama sebagai korban penganiayaan. Seperti yang dimuat kompas cetak Minggu (11/7) hal. 15, Presiden meminta agar semua pihak yang bergerak dalam kapal yang sama (pemberantasan korupsi) saling bersinergi untuk memperkuat dan bukan justru saling melemahkan. Kemudian Presiden juga meminta agar kasus itu diserahkan melalui proses hukum, harus dibuktikan di pengadilan dan tidak boleh ada pihak yang melakukan pengadilan sendiri. Bagaimanapun, semua yang dikatakan Presiden itu adalah hal yang benar dan publik sudah paham akan hal itu.

Yang menarik justru pengakuan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, yang juga mengunjungi Tama. Meski belum tahu kelompok mana yang melakukan serangan, namun Mahfud MD mengaku yakin, serangan terhadap Tama dilakukan orang-orang yang melawan gerakan pemberantasan korupsi (Presiden : Jangan Surut, Kompas cetak Minggu, 11/7, hal. 15).

Memang belum tentu juga bahwa pernyataan Mahfud tsb merupakan “dukungan” terhadap Tama, namun paling tidak Ketua MK itu telah menyatakan dengan lugas apa yang ia yakini. Mahfud tidak lagi menyampaikan hal-hal yang bernuansa normatif, memperbanyak kata dan kalimat yang intinya sesuatu yang sudah dipahami khalayak umum. Semoga keyakinan Mahfud MD ini menjadi obat penawar bagi Tama, bahwa apa yang ia alami ini terkait kegiatannya sebagai aktivis ICW. Jika benar adanya demikian, jangan sampai kasus ini nantinya “dipelintir” seolah-olah bahwa penganiayaan itu terkait urusan pribadi Tama. Jika pula pelintiran ini yang muncul, bukan tidak mungkin Presiden akan menyesali kunjunganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun