Sungguh terenyuh melihat gambar dan membaca email yang dikirim seorang kerabat siang ini. Email tsb berisi kabar dan photo tentang seorang bocah laki-laki (Ahmad Sobari) yang hendak menjalani operasi wajah. Sebetulnya tidak ada yang istimewa dengan judul operasi wajah, karena operasi wajah zaman sekarang bukan merupakan suatu hal yang baru lagi, apalgi yang berkaitan dengan kecantikan. Dengan melihat photo wajah Sobari yang dilampirkan pada email tsb, seketika membuat mata ini mengecil dan dahi berkerut. Astaghfirullah…, Allahu Akbar… “Ya ampun Sobari, derita apa sesungguhnya yang sedang engkau alami …? Salah apa kamu ? Dosa apa kamu ? Apa gerangan yang telah menimpa dirimu ? Pennyakit apa sesungguhnya yang engkau derita ?”, sejuta pertanyaan rasanya ingin dilontarkan kepada photo itu. Namun Sobari malah seperti tak acuh dengan segala pertanyaan orang yang melihatnya. Sobari menatap lurus ke kamera dengan matanya yang hanya tinggal satu, pertanda ia tak gentar sedikitpun dengan kelebihan yang ada pada orang lain. Gambaran singkat tentang Ahmad Sobari di email itu rasanya tak cukup untuk mendukung tentang photo yang dilampirkan. Rasa prihatin dan penasaran akan apa yang menimpa Sobari menggiring pengaduan ke mbah google dengan harapan beroleh sesuatu yang bisa memperjelas cerita dibalik photo itu. Ahmad Sobari adalah anak pertama dari bapak Jajang dan ibu Ade, yang tinggal di kampung Marajan (pada bagian lain ditulis Karajan), Desa Maracang, Kecamatan Babakan Cikao, Purwakarta, Jawa Barat. Menurut ibunya, Ade, sewaktu berusia 1 tahun Sobari harus rela kehilangan matanya yangsebelah kanan, karena ketarik oleh kulit yang katanya akibat ia tidak punya rahang. Ahamad Sobari pernah gagal operasi pemasangan rahang dan sejak itu ia tak pernah lagi kembali ke rumah sakit. Ibu Ade mengaku sering meneteskan air mata setiap kali melihat anaknya diejek oleh anak-anak lainnya. “… siapa yang tak akan sedih pak…? Kami sudah berusaha mengobatinya dan kami tak pernah putus asa. Namun apa daya, karena kami memang tak punya uang. Saya hanya bisa menangis pak…, paling kami hanya bisa membawa ke Puskesmas. Saat ini kami hanya bisa membersihkan darah yang keluar dari matanya dengan kapas…” tutur bu Ade seperti ditulis kaskus. Ayah Sobari, Pak Jajang bekerja sebagai tukang kebun di salah satu Viila di bilangan daerah Purwakarta,Jawa Barat. Upah Rp.600.000,- yang ia terima perbulan jelas sangat amat pas-pasan bahkan tak cukup untuk membayar kontrakan dan memenuhi biaya hidup sehari hari keluarganya,“Bagaimana untuk Berobat anak kami pak..? kadang kala saja kami harus meminjam uang ke sanak famili atau ke tetangga untuk membeli obat anak kami di saat dia sakit. Obatnya sekali tebus untuk luka di matanya kurang lebih tiga ratus ribu”, ujar pak Jajang kepada portalinfaq.org. Sekarang Ahmad Sobari seakan dihadapkan pada harapan baru, harapan yang selama ini hanya ada dalam mimpi baginya, 5 tahun adalah penantian yang teramat panjang bagi seorang Ahmad Sobari. Dokter yang menanganinya menyarankan agar Ahmad Sobari segera dilakukan operasi wajah, karena khawatir nantinya akan berdampak pada fungsi matanya yang sebelah kiri. Kalau tidak ada halangan akan menjalani beberapa tahap Operasi di wajahnya (operasi mulut, gigi dan mata).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H