Malam ini, Selasa (30/11), bertempat di Hotel Sahid, Jakarta, baru saja dilansungkan peluncuran buku berjudul Habibie & Ainun yang ditulis langsung oleh Mantan Presiden RI BJ Habibie. Dari judulnya rasanya bisa ditebak bahwa isi buku ini tentulah tidak jauh dari perjalan jidup sepasang anak manusia yang kurang lebih 48 tahun selalu bersama dalam setiap saat, setiap situasi dan kondisi. Susah, senang, sedih, gembira serta segala rasa dan cita telah mereka jalani bersama, penuh dengan kesetiaan.
Menurut penulisnya BJ Habibie, buku ini merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selalu menemani sejak kepergian sang kekasih tercinta. Dalam wawancaranya pada sebuah stasiun tv swasta nasional sesaat setelah peluncuran buku tsb, Pak Habibie menjelaskan bahwa ketika itu masih bermunculan pertanyaan dalam dirinya.
“…, di mana Ainun ? Ibu sekarang sedang apa ? Mengapa ibu pergi ? Kenapa demikian ? Mengapa harus berpisah ? Kok rasanya kejam sekali ?...,”
demikian penggalan ucapan Pak Habibie dengan gayanya dan intonasinya yang khas. Pak Habibie juga menyebutkan bahwa menulis buku adalah salah satu anjuran dokter yang dia ikuti.
Sekiranya diputar ulang cuplikan-cuplikan wawancara Pak Habibie pasca kepergian Ibu Ainun, tentulah kita kembali ingat dengan banyak hal yang yang telah ia ungkapkan perihal kebersamaan mereka. Bahkan pada sebuah wawancara Pak Habibie juga pernah menuturkan bagaimana awal-awal hubungan mereka, hingga akhirnya berjodoh menjadi sepasang suami istri. Meski dengan segala pemberitaan selama ini masyarakat sudah dapat menyimpulkan bahwa hubngan suami istri antara Habibie-Ainun adalah pasangan suami istri yang harmonis, romatis. Ideal, saling setia, saling mendukung, saling pengertian dan sederet penilaian positif lainnya, namun tentu masih banyak hal-hal menarik lainnya yang akan ditemui dengan membaca buku Habibie & Ainun ini.
“Ainun…, kamu kok cantik ya ? Kok kaya gula Jawa jadi seperti gula pasir ?”
“Kami adalah suami istri yang saling dapat memahami pikiran satu sama lain meski tanpa bicara”
“Kualitasnya semakin meningkat, awalnya tanpa bicara, kemudian tanpa melihatpun kami dapat saling mengerti dan saling memahami”
Demikian kalimat-kalimat indah yang romatis dan meluncur dari mulut seorang teknokrat, pemikir terkenal, pejabat bahkan pemimpin sebuah republik. Rasanya memang sebuah kerugian jika tidak ikut membaca Habibie & Ainun yang penulisannya rampung pada 11 November y.l.
Kepada Yth Bpk BJ Habibie, terimalah ucapan selamat ini atas kehadiran buku Habibie & Ainun. Semoga kisah cinta sejati bapak bersama ibu menjadi contoh dan inspirasi bagi penerus bangsa ini. Hendaknya pula bermunculan pasangan-pasangan Habibie-Ainun lainnya.
Teriring doa semoga almarhumah Ibu Ainun tenang di sisi-NYA. Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H