Mohon tunggu...
Alfitriandes Miter
Alfitriandes Miter Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Suka mencoba sesuatu yg kira-kira berguna. Selama ini hanya membaca, membaca dan ... membaca. Ngga tau juga apakah ini waktunya menulis, coba dulu aja. Siapa tau b.e.r.g.u.n.a.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

KOTS: Nurhikmah, Pengemis Kecil Itu Menolak Pemberian

20 Mei 2010   16:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:05 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa bilang tak ada lagi kejujuran di negeri ini. Bagi mereka yang hidup dengankonsep 'dunia ini panggung sandiwara' tentu akan bilang, "udah laahh…, hare gene mana ada sih orang jujur ?". Bagi mereka yang tiap hari hanya naik-turun mobil mewah, keluar-masuk hotel berbintang, gonta-ganti jas dan dasi, boleh jadi tak menemukan kejujuran dalam hari-harinya. Atau mereka malah merasa "aneh" jika bertemu orang yang bersikap jujur. Bahkan orang yang jujurpun dicurigai, "ahk, benar ngga sih orang ini jujur ? Jangan-jangan...?". Boleh jadi pula kecurigaan itu muncul karena ia memang tak pernah bertemu orang yang jujur, hidup yang mereka tahu adalah kebohongan.

Tapi bagi Nurhikmah (10), seorang anak jalanan yang tiap hari menadahkan tangan kepada setiap orang, kejujuran adalah hal yang biasa. Bagi Nur, jujur itu sudah baku, makanan sehari-hari, dengan sendirinya atau mungkin sudah merupakan life style baginya. Tak ada yang aneh bagi Nur soal jujur, barangkali justru ia akan bingung bercampur heran jika bertemu orang yang berbuat bohong.

Siapa Nurhikmah ? Pertemuan sebelumnya dengan pengemis kecil yang menyebut dirinya Nur itu pernah diceritakan di Kids On The Street : Nurhikmah, Terimakasih Atas Pelajaran Hari Ini. Sejak pertemuan itu, penulis agak sering lewat di tempat yang sama. Kian sering bertemu, kadang-kadang Nur sudah senyum-senyum duluan sebelum penulis sampai di depannya. Sekali waktu, tepatnya Senin (16/5), terjadi keanehan kecil yang mana ketika itu dengan sengaja tangan ini memilih pecahan Rp. 5000,- lalu memasukan ke gelas plastik (bekas kemasan air mineral) yang selalu digenggamnya.

Makasih banyak ya Om…”, senyum Nur lebih sumringah dari biasanya.

Dikatakan keanehan kecil, karena diluar kebiasaan, jujur saja nggak pernah-pernah penulis memberi pengemis jalanan goceng. Boro-boro goceng, biasanya malah cuman ngeles saja, sambil meyakini bahwa memberi pengemis bukanlah tindakan mendidik dan menolong. Apalagi mengingat fenomena banyaknya anak jalanan yang dikelola oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab, yang mana anak-anak tsb malah harus setoran setiap harinya kepada “pengasuh”nya itu. Tapi entah berdasarkan apa, yang pasti ada keyakinan bahwa Nur tidak termasuk anak-anak yang demikian.

Besoknya (17/05), keanehan berikutnya terjadi. Tak seperti biasanya, kali ini tak terlihat senyum di wajah Nur bahkan sampai kedua kaki ini berada tepat di depannya. Lalu merogoh koin dan keanehan itupun terjadi. Nur menarik tangannya yang menggenggam gelas plastik itu ketika koin dilepaskan, dan koin gopek'an itu jatuh di pangkuannya.

"Nggak usah Om..!", katanya sembari mengulurkan tangannya mengembalikan koin tsb, tanpa senyum.

"Sirrrp.. Oh? Lho !!", spontan darah ini tersirap karena kaget bercampur bingung. Ada apa ini ?, kenapa ?, sungguh aneh pengemis kok menolak pemberian ? Apa bocah ini nggak mau teriima karena diberi cuman koin gopek'an ? Jadi, maunya goceng lagi ?

Berbagai pertanyaan muncul dalam hati. Masih dalam keanehan plus bingung dan heran itu, langsung memberondong Nur.

Lho ? Kenapa Nur ngga mau ? Kok ngga mau sih ? Kekecilan ya ? Kurang ya ? Karena cuman koin ya ?”.

Nggak Om, kan udah kemaren ! Kemaren Om kan udah ngasih lima rebu !?. Jadi, potong itu dulu aja…”. Haahh ???. Astaga !!! Apa bener ini ??? Kok ada sih pengemis menolak pemberian ???

Lho, itu kan kemaren. Om ngasih itu buat kemaren aja, sekarang Om mau ngasih lagi. Ya udah terima aja. Ambil ya..!!

Ma kasih ya Om”, Nur kembali memasukan koin tsb ke dalam gelas plastik itu.

Ya deh. Sama-sama. Tapi, tadi kenapa Nur nggak mau terima ? Malah mikir pake dipotong segala ?!”.

Mmhh…, malu aja Om! Kemaren Om udah ngasih, lima rebu, masa ngasih lagi ?!

Allahu Akbar…, ini bocah ngemis apa ngapain ya ?

Apa yang telah diperlihatkan Nurhikmah pagi itu, serta jawaban-jawaban polosnya, sungguh telah memberi pelajaran yang sangat berharga. Siapa bilang tak ada lagi kejujuran di negeri ini ? Ternyata seorang Nurhikmah, bocah 10 thn yang setiap hari di jalanan menadahkan tangan mengharap belas kasih setiap orang yang ditemuinya, namun telah mencontohkan bagaimana berlaku jujur, tidak serakah dan tak aji mumpung.

Nur sangat memahami bahwa sesuatu yang ia yakini bukan hak nya, ia tak mau menerimanya meski diberikan dengan ikhlas. Padahal ia seorang peminta-minta. Nur kecil yang tak kenal pakaian bagus, rapih, apalagi wewangian parfum, namun ia punya rasa malu jika tidak berbuat jujur, malu jika serakah dan malu jika aji mumpung.

Ironinya pada saat yang sama, betapa banyak orang yang puas dengan kebohongan, bangga dengan keserakahan, bahkan ada yang bangga mencuri apalagi yang pakai jurus aji mumpung.

Ternyata, kejujuran itu hanya milik orang kecil dan orang pinggiran seperti Nurhikmah.

Catatan : KOTS di awal judul = Kids On The Street.

Baca juga KOTS lainnya :

Kids On The Street : Nurhikmah, Terimakasih Atas Pelajaran Hari Ini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun